Kamis 22 Oct 2020 15:04 WIB

Wapres Minta Santri Jadi Pelopor Protokol Kesehatan

Santi diminta jadi pelopor dalam berdisiplin menegakan protokol kesehatan

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Esthi Maharani
Wakil Presiden Ma
Foto: KIP/Setwapres
Wakil Presiden Ma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta pengasuh pondok pesantren dan santri menjadi pelopor dan contoh dalam menjalankan protokol kesehatan bagi masyarakat. Hal itu disampaikan Ma'ruf berkaitan peringatan Hari Santri Nasional di tengah pandemi Covid-19.

"Saya mengajak seluruh pengasuh pesantren dan santri untuk menjadi pelopor dan contoh bagi masyarakat lainnya dalam berdisiplin menegakkan protokol kesehatan," ujar Ma'ruf melalui akun instagram resminya @kyai_marufamin, Kamis (22/10).

Ma'ruf mengajak, di Hari Santri Nasional kali ini yang mengusung tema Santri Sehat, Indonesia Kuat, untuk sama sama berdoa agar pandemi Covid-19 segera berakhir. Namun ia mengingatkan, ikhtiar juga tidak boleh ditinggalkan.

"Dengan selalu memakai masker, mencuci tangan, selalu menjaga jarak dan menghindari kerumunan," katanya.

Sebelumnya, di peringatan HSN 2020, Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyampaikan rasa syukurnya atas peringatan Hari Santri Nasional (HSN) keenam, sejak ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 2015 lalu. Ma'ruf mengatakan, penetapan HSN ini merupakan bentuk pengakuan negara terhadap peran dan perjuangan para santri dalan melawan penjajah di masa kemerdekaan.

"Walaupun (baru diakui) sesudah 70 tahun, kita bersyukur bahwa peran santri di dalam perjuangan membela membebaskan negara melawan penjajah memperoleh pengakuan dari negara," ujar Ma'ruf dalam peringatan Hari Santri Nasional 2020 secara virtual, Kamis (22/10).

Ma'ruf mengatakan, hal ini menunjukan peran santri tidak hanya sebagai tokoh agama dan tokoh dakwah, tetapi juga tokoh perjuangan. Ia mengatakan, kondisi negara saat itu yang tengah berjuang melawan Belanda, membuat para santri ikut membela bangsanya.

Namun demikian, kata Ma'ruf, peran santri dalam tokoh perjuangan ini tidak berhenti sekarang ini. Perjuangan bisa tetap dilakukan santri dengan esensi yang berbeda.

"Dulu jihad makna kital karena memang situasi waktu itu meminta kita berjuang melawan Belanda. maka jihad sekarang ini esensinya kita lakukan tetapi yaitu dalam rangka islahan, jadi kalau dulu kitalan, sekarang tidak ada lagi perang tapi upaya perbaikan atau perubahan," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement