Kamis 22 Oct 2020 16:16 WIB

Tokoh Santri yang Dikenang Jadi Pahlawan Bangsa (2)

Besarnya pengaruh pesantren dan santri dalam memperjuangkan NKRI tak bisa dipungkiri.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah
Tokoh  Santri yang Dikenang Jadi Pahlawan Bangsa (2). Pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.
Foto: Daan Yahya/Republika
Tokoh Santri yang Dikenang Jadi Pahlawan Bangsa (2). Pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Besarnya pengaruh pesantren dan santri dalam memperjuangkan NKRI tak bisa dipungkiri. Terlebih, ketika para tokoh atau pahlawan nasional, perjuangan, revolusi dan lainnya juga banyak yang berasal dari kalangan santri.

Di lingkungan pesantren itu, para santri yang kemudian dikenal bangsa sebagai pahlawan, memupuk sikap dan nilai perjuangannya atas penjajahan dari berbagai guru. Karenanya, di Hari Santri Nasional 22 Oktober ini, perlu dikenang kembali beberapa tokoh dari kalangan pesantren yang menjadi pahlawan.

Baca Juga

3. KH Ahmad Dahlan 

KH Ahmad Dahlan Ahyad lahir 30 Oktober 1885 di Kebondalem, Surabaya. Putra keempat dari enam bersaudara yang dilahirkan oleh pasangan KH Muhammad Ahyad dan Nyai Hj Mardliyah ini memiliki darah keturunan Sunan Gunung Jati Cirebon dari ayahnya. 

Dalam buku Biografi Kiai Ahmad Dahlan, Aktivis Pergerakan dan Pembela Ajaran Aswaja oleh Wasid Masyur, disebutkan bagaimana peran Kiai Dahlan dalam membentengi akidah rakyat saat itu, Utamanya, dalam membentengi paham wahabi di Surabaya.

Menilik masa kecilnya setelah dididik sang ayah, Dahlan kecil diketahui mondok di pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan Madura dan mempelajari ilmu Nahwu, Fikih, dan Sharraf. Kemudian, ia kembali menjadi santri ke pondok pesantren Sidogiri Pasuruan yang diasuh Kiai Mas Bahar ibn Noer Hasan. Di sana, ia mendalami ilmu tafsir, hadits dan ilmu hisab.

Setalah lama tinggal di sana, Kiai Dahlan kembali ke kampungnya dan meneruskan pondok pesantren milik sang ayah. Waktu berselang, Kiai Ahmad Dahlan juga berperan besar dalam berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926. Sebagai Wakil Rais Akbar NU pertama saat itu, dirinya menjadi orang nomor dua paling berpengaruh di NU kala itu.

Ada banyak sepak terjang perjuangan Kiai Dahlan untuk Indonesia. Dari mulai perlawanan terhadap Wahabi hingga penjajahan.

Dari sisi kebangsaan, dirinya bersama kiai lain juga diketahui mendirikan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Organisasi itu, didirikan untuk menyatukan semangat kebangsaan antar ormas Islam dan merespons ketidakadilan dari kolonialisme.

Tak hanya itu, pada 18 November 1912, Kiai Dahlan juga mendirikan Organisasi Muhammadiyah sebagai wadah untuk mendalami ilmu agama. Muhammadiyah hingga kini ikut serta dalam menjalankan sendi keislaman di tanah air. Tak hanya wujud riil, namun juga konkret dan nyata. Muhammadiyah kini juga diketahui sebagai ormas besar yang memiliki kader dan aset nilai ekonomi dari mulai sekolah, perkantoran, perguruan tinggi hingga rumah sakit.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement