Kamis 22 Oct 2020 18:27 WIB

BMKG: Gelombang Tinggi di Perairan Selatan dan Utara Jabar

gelombang tinggi di perairan pantura berada pada angka 0,5-hingga 1,5 meter

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Hiru Muhammad
Petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memeriksa panci penguapan (Open Pan Evaporimeter) di Laboratorium Terbuka BMKG Serang, Banten, Kamis (22/10/2020). Pihak BMKG merilis peringatan dini waspada bencana hidrometeorologi akhir Oktober hingga Desember 2020 dampak La Nina di Selatan Jawa dan Sumatera yang berpotensi memicu peningkatan curah hujan 20 - 40 persen dari biasanya yang disertai angin kencang dan gelombang tinggi sehingga bisa berakibat banjir dan longsor.
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memeriksa panci penguapan (Open Pan Evaporimeter) di Laboratorium Terbuka BMKG Serang, Banten, Kamis (22/10/2020). Pihak BMKG merilis peringatan dini waspada bencana hidrometeorologi akhir Oktober hingga Desember 2020 dampak La Nina di Selatan Jawa dan Sumatera yang berpotensi memicu peningkatan curah hujan 20 - 40 persen dari biasanya yang disertai angin kencang dan gelombang tinggi sehingga bisa berakibat banjir dan longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Badan Meteorologi, Klimatologi dam Geofisika (BMKG) stasiun klimatologi Bogor mengingatkan nelayan untuk berhati-hati terhadap gelombang tinggi di perairan Selatan dan Utara Jawa Barat. Gelombang tinggi disebabkan oleh tekanan tinggi di Benua Australia yang menyebabkan pergerakan angin tinggi.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Bogor, Muthalib mengatakan gelombang tinggi di perairan utara atau pantai utara (pantura) berada pada angka 0,5 hingga 1,5 meter. Sedangkan untuk wilayah di pantai Selatan, gelombang tinggi mencapai 2,5 sampai 3,5 meter."Untuk nelayan atau kapal yang berlayar di Pantai Selatan harap berhati-gati karena gelombang cukup tinggi," ujarnya saat dihubungi, Kamis (22/10).

Menurutnya, gelombang tinggi terjadi akibat tekanan tinggi di benua Australia yang menyebabkan pergerakan angin dari timur cukup kuat. Sehingga ia menuturkan telah terjadi gelombang tinggi.

Ia melanjutkan, fenomena iklim anomali La Nina akan berlangsung hingga bulan Maret tahun 2021. Oleh karena itu, masyarakat diminta mewaspadai puncak hujan di bulan Januari dan Februari 2021. "La Nina akan berlangsung sampai bulan Maret 2021, yang perlu diwaspadai pada saat terjadinya puncak curah hujan sekitar bulan Januari dan Februari 2021," ujarnya.

Menurutnya, pada periode tersebut untuk mengurangi resiko terjadinya bencana maka harus diperhatikan aliran air agar tidak terhambat. Katanya, dampak La Nina yaitu meningkatnya intensitas curah hujan dari kondisi biasanya.  "Curah hujan yang akan terjadi cenderung di atas normal," katanya.

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement