Jumat 23 Oct 2020 04:30 WIB

Cerita Mengerikan Yerusalem Al-Aqsa Direbut Tentara Salib

Tentara Salib mengubah Yerusalem menjadi lautan darah.

Rep: Harun Husein/ Red: Nashih Nashrullah
Tentara Salib mengubah Yerusalem menjadi lautan darah. Suasana perang salib memperebutkan Yerusalem.
Foto: wikipedia
Tentara Salib mengubah Yerusalem menjadi lautan darah. Suasana perang salib memperebutkan Yerusalem.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Saat Pasukan Salib bergerak dari Eropa, yang pertama kali berhadapan dengan mereka adalah Kesultanan Seljuk Rum. Pada awal 1097, Pasukan Salib 'tak resmi' yang terdiri dari orang-orang biasa (people crusade) yang dipimpin Peter Amien, memasuki wilayah Anatolia, dengan mudah dikalahkan pasukan Kilij Arsalan. 

Namun, tidak demikian dengan Pasukan Salib I yang dipimpin para pangeran atau dikenal sebagai Princes' Crusade. Pasukan Salib I yang dipimpin Godrey, Raymond, dan Bohe mond, memasuki Anatolia pada pertengahan 1097 dan mereka berhasil mengalahkan Seljuk Rum, memaksa Kilij Arsalan mundur dan memindahkan ibu kotanya dari Iznik (Nikosia) di tepi Laut Aegean, ke Konya.

Baca Juga

Maka, pasukan Salib pun melanjutkan bergerak menuju wilayah Syam, yang meru pa kan daerah kekuasaan Kesultan Seljuk Raya dan mengambil alih satu per satu kota dan benteng Muslim, sampai akhirnya mereka tiba Intakiyyah (Antioch).

Selama lima bulan mereka mengepung kota tersebut, sejak Oktober 1097. Pada Maret 1098, kota penting di utara Suriah itu akhirnya jatuh. Kesultanan Seljuk mengirimkan pasukan untuk merebut kembali kota itu, namun gagal.

Sebuah cerita mengenaskan tentang pertikaian internal yang parah pun kemudian terungkap di sana. Saat Pasukan Salib telah berada di Intakiyyah, Fathimiyah justru melihatnya sebagai peluang untuk mengusir Seljuk.

Alih-alih bekerja sama untuk mengusir Pasukan Salib, para pembesar Fathimiyah justru menegosiasikan kesepakatan pembagian wilayah Seljuk dengan Pasukan Salib. Kesepakatan yang mirip dengan Perjanjian Sykes Picot. Perjanjian itu diteken kedua belah pihak di Intakiyyah pada Februari 1098. Fathimiyah mendapatkan wilayah Tyre dan Sidon, yang terletak di pantai timur Mediterania.

Para sejarawan menilai, dalam perjanjian tersebut Fathimiyah seolah tak memahami bahwa goal Pasukan Salib sesungguhnya adalah Baitul Maqdis atau Yerusalem.

Padahal, saat perjanjian itu dibuat, kontrol atas Baitul Maqdis telah berada di bawah Fathimiyah, yang baru saja mengambil alih kota itu dari Seljuk. Bahkan, seolah percaya Pasukan Salib tak akan menyerang Baitul Maqdis, Fathimiyah hanya menempatkan pasukan kecil untuk menjaganya, yang jumlahnya tak lebih dari lima ribu orang.

Pada Mei 1099, Pasukan Salib dengan personel ratusan ribu orang bergerak menuju Baitul Maqdis. Pasukan Salib memahami betul bahwa butuh waktu sekitar dua bulan bagi Fathimiyah untuk membentuk pasukan besar untuk mempertahankan Baitul Maqdis.

Pasukan Salib pun bergerak cepat dan mengepung kota itu pada 7 Juni 1099. Hanya sebulan kota itu mampu bertahan, dan pada 15 Juli 1099, kota itu akhirnya jatuh, diiringi pembantaian mengerikan atas penduduknya. Para saksi mata mencatat genangan darah sampai setinggi mata kaki dan mayat ditumpuk-tumpuk bak piramida.

Selanjutnya, Masjid Al Aqsa diubah menjadi istana Kerajaan Yerusalem, sedang kan Masjid Kubah Batu diubah menjadi gereja. Sejak 1141, Masjid Al-Aqsa yang diubah namanya menjadi Templum Salomonis (Kuil Sulaiman), menjadi markas Ksatria Templar, sedangkan Masjid Kubah Batu yang diberi nama Templum Domini (Kui Tuhan) tetap menjadi gereja.

Untuk merebut Baitul Maqdis, Fathimiyah kemudian menyiapkan pasukan besar yang langsung dipimpin wazir Al-Afdal Syahansyah. Namun, mereka dikalahkan secara telak dalam Pertempuran Askalon pada Agustus 1099.

Dan, sejak itu, Kerajaan Yerusalem berdiri di sana, di tengah wilayah kaum Muslim, persis seperti saat ini. Muslim yang terpecah belah, dengan bermunculannya raja-raja kecil, lebih tertarik mengurus wilayahnya masing-masing, ketimbang mengamblih alih Baitul Maqdis.

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement