REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Deputi Pengendalian Penduduk, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Dwi Listyawardani mengatakan, banyaknya putus pemakaian alat kontrasepsi KB, diprediksi memicu kenaikan angka kelahiran 10 persen atau sekitar 500 ribu jiwa dari rata-rata kelahiran 4,5 juta - 5 juta juta jiwa per tahun.
Hal itu dikemukakan Dwi di sela Review Program Bangga Kencana yang digelar Kantor Perwakilan BKKBN Sulsel di Makassar, Kamis. Dia mengatakan, tak dapat dipungkiri dampak dari pandemi Covid-19 juga memicu keengganan masyarakat ke rumah sakit, puskesmas atau klinik karena khawatir tertular virus corona, menyebabkan banyaknya putus penggunaan alat kontrasepsi KB.
Kondisi itulah yang diprediksi terjadinya kenaikan angka kelahiran 10 persen atau sekitar 500 ribu jiwa kendati pengaruhnya belum terlihat secara signifikan karena pandemi Covid-19 baru dimulai sekitar April 2020. Menurut Dwi, untuk mengantisipasi ledakan penduduk pada saat pandemi, petugas kesehatan dan BKKBN turun ke lapangan untuk mengjangkau pada akseptor KB dan pasangan usia subur yang enggan ke lokasi fasilitas kesehatan, karena takut tertular virus corona.
"Tim yang diturunkan itu menggunakan protokol kesehatan, sehingga warga tidak perlu khawatir. Apalagi rata-rata cukup memberikan alat kontrsepsi yang berupa obat minum," katanya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Hj Andi Ritamariani mengatakan, pihaknya telah menggencarkan melakukan penjangkauan di lapangan dengan melibatkan semua stakeholder, termasuk para duta KB, kader pos yandu, dan PKK. Kegiatan yang digelar BKKBN ini melibatkan semua jajaran kantor perwakilan BKKBN 24 kabupaten/kota di Sulsel yang dilakukan secara virtual untuk menghidari berkumpul di satu titik dalam jumlah yang banyak.