Kamis 22 Oct 2020 23:24 WIB

Industri Gula Bisa Jadi Penopang Swasembada Pangan

Kapasitas pengolahan gula di Indonesia kini semakin bertambah.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Dwi Murdaningsih
Gula pasir. ilustrasi
Foto: Antara/Fauzan
Gula pasir. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PT Barata Indonesia (Persero) menyambut baik diresmikannya pabrik gula (PG) Bombana di Sulawesi Tenggara oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis (22/10). Direktur Pemasaran Barata Indonesia, Sulistyo Handoko mengatakan, pabrik gula milik PT. Prima Alam Gemilang yang dibangun PT Barata Indonesia tersebut, saat ini telah memasuki tahap produksi.

Sulistyo menjelaskan, pabrik gula Bombana merupakan pabrik gula dengan kapasitas terbesar di Indonesia. Dimana pabrik tersebut mampu memproduksi gula 12.000 ton cane per day (TCD). Pabrik yang dibangun sejak 2016 ini didukung dengan sumber bahan baku area tebu inti plasma sebesar 22.797 hektare.

Baca Juga

“Penyelesaian pembangunan pabrik gula ini merupakan komitmen Barata Indonesia dalam mendukung swasembada pangan yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Kami berharap hal ini dapat mendorong multiplier effect ekonomi bagi seluruh pihak," kata Sulistyo melalui siaran persnya, Kamis (22/10).

Sulistyo menjelaskan, industri gula nasional sangat berpeluang menjadi penopang swasembada pangan setelah swasembada beras. Maka dari itu, Barata Indonesia berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi terhadap terciptanya percepatan kemandirian industri gula dalam negeri melalui komitmen penggunaan lokal konten yang tinggi.

Sulistyo berharap, penyelesaian pekerjaan ini sekaligus menguatkan posisi perusahaan sebagai solusi provider bagi proyek industri agro tanah air. Khususnya industri gula dalam rangka mengatasi tantangan kelangkaan komoditas gula produksi dalam negeri.

Sulistyo mengatakan, pabrik gula Bombana menghasilkan produk dengan incumsa di bawah 100 UI dan total losis di bawah 1,8 pol gula. "Barata Indonesia berharap kontribusi perseroan dalam berbagai proyek pabrik gula di tanah air ini dapat meningkatkan nilai tambah yang bisa dihasilkan di dalam negeri. Sehingga mempercepat terwujudnya ketahanan pangan dan swasembada gula serta tercipatanya kemandirian industri manufaktur tanah air," kata Sulistyo.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement