Jumat 23 Oct 2020 13:09 WIB

Nabi Marah Jika Umatnya Pelihara Kebodohan

Nabi Muhammad SAW pernah marah ketika salah seorang sahabat ‘memelihara’ kebodohannya

Rep: Imas Damayanti/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Rasulullah
Foto: Pixabay
Ilustrasi Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Islam menganjurkan agar umatnya tidak tenggelam dalam kebodohan. Mencari ilmu pengetahuan adalah penekanan tegas agama, bahkan Nabi Muhammad SAW pernah marah ketika salah seorang sahabat ‘memelihara’ kebodohannya.

Dalam buku Mazhabmu Rasulullah? karya Sutomo Abu Nashr dijelaskan, suatu ketika para sahabat Nabi melakukan suatu perjalanan. Salah satu di antara mereka mengalami luka di kepalanya. Luka yang cukup parah tersebut membuatnya berpikir untuk bertayamum karena apabila menggunakan air kemungkinan besar akan membahayakan dirinya. Tapi apakah benar sudah boleh untuk bertayamum? Dia pun ragu. Maka ia bertanya kepada para sahabat yang lain tentang apakah sudah boleh ada keringanan untuk bertayamum?

Lalu para sahabat yang ditanya itu dengan tegas memberikan jawaban bahwa dia tetap wajib berwudhu. Belum dibolehkan baginya untuk bertayamum. Namun yang terjadi, sahabat yang terluka tadi malah meninggal dunia.

Saat Rasulullah SAW dikabari peristiwa tersebut, beliau murka luar biasa. Beliau menyebut ketidaktahuan para sahabat ini sebagai penyakit. Obat penyakit tersebut tidak lain adalah dengan bertanya (mencari tahu, mencari ilmu).

Tentu saja, apa yang dilakukan oleh beberapa sahabat tersebut karena keyakinan bahwa Rasulullah akan menjawab yang sama jika ditanya hal serupa. Tapi ternyata pandangan Nabi berbeda. Dalam konteks tema umat saat ini, dari kisah ini setidaknya Nabi menunjukkan pada para sahabat yang hidup di zaman Nabi yang menyaksikan langsung hidup Rasulullah bisa salah dalam mengklaim pandangan Nabi.

Maka sudah jelas sekali argumentasi mengenai Mazhab Rasulullah yang menjadi fenomena umat Islam masa kini keliru. Mazhab dari ulama-ulama merupakan jalur pencarian ilmu yang bersumber dari Rasulullah secara autentik. Walaupun rentang masa hidup para ulama saling berjauhan dengan Nabi, namun ketersambungan guru serta ilmu yang mereka pelajari bukan main-main.

Ketelitian dalam mencari jalur ilmu yang sampai kepada Rasulullah melalui mazhab-mazhab ini sangat bisa diuji. Inilah jalur ilmu yang terbuka untuk umat Islam, dan dari ini pula diharapkan umat Islam dapat terhindar dari kebodohan yang menyengsarakan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement