Jumat 23 Oct 2020 16:24 WIB

Anak-Anak dan Imam Masjid Jadi Korban Serangan Udara

Mereka menjadi korban serangan udara ketika mereka belajar di sebuah masjid

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Akibat serangan udara / Ilustrasi
Foto: AP
Akibat serangan udara / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Serangan udara di timur laut Afghanistan telah menewaskan 11 anak-anak dan seorang imam. Pihak berwenang setempat mengatakan pada Kamis (22/10), bahwa mereka menjadi korban dalam serangan udara tersebut ketika mereka belajar di sebuah masjid.

Kendati demikian, pemerintah nasional membantah pernyataan tersebut. Serangan di sebuah desa di provinsi Takhar terjadi pada Rabu lalu, setelah tersangka pejuang Taliban menargetkan pasukan keamanan Afghanistan di daerah itu.

Menurut juru bicara kepolisian provinsi Khalil Aseer, serangan udara yang datang selama pertempuran itu menghantam sebuah masjid, dan kemudian menewaskan 12 orang termasuk 11 anak muda.

"Serangan udara dilakukan saat para korban sedang sibuk mempelajari Alquran," kata Aseer, dilansir di Al Arabiya, Jumat (23/10).

Ia menambahkan, salah satu korban tewas adalah seorang pemimpin sholat. Namun, dia tidak menyebutkan usia dari mereka yang terbunuh.

Sementara itu, 14 orang lainnya, termasuk anak-anak, terluka dalam serangan itu. Juru bicara gubernur provinsi Takhar, Mohammad Jawad Hejri, membenarkan insiden tersebut.

 

Tidak jelas siapa yang melakukan serangan udara tersebut. Militer Amerika Serikat merujuk pertanyaan ke kementerian pertahanan Afghanistan, yang tidak segera berkomentar.

Militer Afghanistan memiliki angkatan udara yang masih muda dan pesawat serang kecil yang mampu melakukan dukungan udara dekat untuk pasukan di darat.

Wakil Presiden Afghanistan, Amrullah Saleh, mengatakan tidak ada anak di bawah umur yang terbunuh di masjid. Ia menyebut berita anak-anak yang terbunuh di sebuah masjid di Takhar tidak berdasar.

"Kami memiliki bukti tak terbantahkan bahwa mereka yang membunuh pasukan keamanan kami telah terbunuh. Mereka yang menyebarkan rumor itu akan ditangani secara resmi," tulisnya di Facebook.

Pertempuran sengit dengan Taliban di Takhar sejak Selasa telah menewaskan sedikitnya 25 personel keamanan. Meskipun bergabung dalam pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan di Qatar bulan lalu, Taliban hanya meningkatkan kekerasan dalam upaya untuk menggunakan pengaruh dalam negosiasi.

Utusan tertinggi AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, mengatakan awal pekan ini bahwa pertempuran tersebut mengancam proses perdamaian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement