REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menggelar putaran final Piala Asia 2023 akan memberi China keahlian yang dibutuhkan untuk mengejar mimpi Presiden Xi Jinping menjadi tuan rumah Piala Dunia dan turnamen global lainnya.
Du Zhaocai dari Asosiasi Sepak Bola China seperti disiarkan Reuters, Jumat (23/10), yang mewakili China di dewan pengambilan keputusan FIFA, memuji potensi warisan menjadi tuan rumah turnamen andalan Konfederasi Sepak Bola Asia tersebut.
"Setelah Piala Asia, kami akan mempunyai 10 stadion sepak bola profesional, yang semuanya modern dengan teknologi canggih," katanya seperti dikutip Xinhua.
"Kami juga berencana untuk bekerja sama dengan AFC dan FIFA untuk mengembangkan staf kami. Mereka akan menjadi ahli berpengalaman untuk event sepak bola internasional,"
"Ini akan menjadi dasar yang kokoh bagi kami untuk menjadi tuan rumah turnamen sepak bola tingkat dunia."
China telah lama berusaha mengkaji dampak di putaran final Piala Dunia, karena Presiden Xi yang merupakan penggemar berat sepak bola menyampaikan harapannya bahwa China dapat menjadi tuan rumah turnamen itu suatu hari nanti.
Namun, mereka gagal lolos ke putaran final saat debut pada 2002 dan terancam kehilangan fase terakhir kualifikasi Asia untuk Piala Dunia Qatar 2022.
China terakhir kali menjadi tuan rumah Piala Asia pada 2004, mencapai final di bawah asuhan pelatih asal Belanda Arie Haan sebelum kalah dari rival kuatnya yaitu Jepang.
Pekerjaan konstruksi di stadion yang akan digunakan untuk turnamen 2023 terganggu karena pandemi COVID-19, namun Du mengatakan persiapan sudah kembali ke jalurnya.
"Meskipun kami menjadi tuan rumah Piala Asia pertama kami pada 2004, edisi 2023 sepenuhnya berbeda karena ini pertama kalinya turnamen tersebut akan digelar di 10 kota," tambah dia.
"Pandemi COVID-19 membuat tantangan kami bahkan semakin berat,"
"Pembangunan 10 stadion sepak bola profesional tidak bisa ditunda. Kami membuat rencana pencegahan epidemi dengan sangat rinci untuk memandu kota-kota tersebut melanjutkan pembangunan,"
"Di Chengdu dan Shanghai, para pekerja kembali ke lokasi pembangunan pada Februari."