REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Bupati Garut Rudy Gunawan mengungkapkan kasus Covid-19 di daerahnya mengalami lonjakan signifikan pada Jumat (23/10). Dalam satu hari, terdapat penambahan lebih dari 100 kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kabupaten Garut.
"Telah terjadi outbreak luar biasa, di mana dari 720 sampel yang diperiksa, hari ini terkonfirmasi 110 orang yang berasal dari klaster pesantren," kata dia melaui keterangan resmi, Jumat (23/10).
Karena itu, ia menginstruksikan para camat, lurah, dan kepala desa untuk melakukan penanganan konkret dalam mencegah penyebaran Covid-19. Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah melakukan pemantauan yang sangat serius terhadap pondok pesantren.
Menurut Rudy, para pimpinan di wilayah mesti melakukan upaya preventif dalam pencegahan penyebaran Covid-19. "Bila ada warga yang punya gejala klinis, misal hilang penciuman, sesak nafas, dan susah untuk makan, segera dilaporkan," ujar dia.
Ia menegaskan, penanganan sejak dini merupakan langkah utama untuk mencegah pandemi Covid-19 menyebar semakin luas. Dengan deteksi dini, lanjut dia, penyebaran virus corona bisa diantisipasi dengan cepat. "RSUD dr Slamet dan RS Medina siap siaga untuk isolasi dan mengobati pasien Covid-19 selama 24 jam. Puskesmas juga semua sudah siaga," kata dia.
Munculnya klaster penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren di Kabupaten Garut merupakan sesuatu yang kontradiktif dengan arahan Pemkab Garut. Sebab, sehari sebelumnya, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengajak para santri untuk berjihad melawan Covid-19.
"Kalau dulu jihad kita melawan penjajah. Sekarang jihad kita mempertahankan bangsa dari ancamam Covid-19," kata dia saat momentum Hari Santri Nasional, Kamis.
Menurut dia, pengertian jihad saat ini berarti mempertahankan bangsa supaya Indonesia bisa membangun dan produktif. Melawan pandemi Covid-19 adalah bagian dari jihad, sehingga warga yang sehat akan tetap sehat dan pandemi Covid-19 tidak makin besar penyebarannya. "Melawan Covid-19 adalah bagian dari jihad, agar warga kita yang sehat tidak terkena Covid-19," kata dia.