Sabtu 24 Oct 2020 05:36 WIB

Erdogan ke Rouhani: Armenia Telah Lakukan Pelanggaran Perang

Erdogan mengungkapkan pentingnya menjalin hubungan dengan Iran.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: Turkish Presidency via AP, Pool
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Iran Recep Tayyip Erdogan melakukan komunikasi lewat saluran telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani pada Kamis lalu. Dalam diskusi itu keduanya membahas tentang konflik antara Azerbaijan dan Armenia dan juga Suriah.

Kepada Rouhani, Erdogan menekankan bahwa Armenia lewat pendudukan dan serangannya terhadap wilayah Azerbaijan, telah memicu konflik. Ia juga menganggap Yerevan telah melakukan pelanggaran perang dengan menyerang warga sipil.

Baca Juga

"Membedakan antara hak dan ketidakadilan serta pendudukan pasukan asing dan yang diduduki adalah penting," ujar Erdogan menekankan seperti dilansir Daily Sabah, Jumat (23/10). 

Erdogan menyatakan, menjalin hubungan dekat dan solidaritas dengan Iran tidak hanya berdasarkan ide kepentingan bersama, namun juga penting untuk menjaga jalinan bertetangga.

Hubungan keduanya terjadi beberapa saat setelah Presiden Ilham Aliyev mengumumkan bahwa seluruh wilayah Azerbaijan yang berbatasan dengan Iran telah dibebaskan dari tangan Armenia setelah lebih dari 30 tahun.

Seperti diketahui, wilayah Nagorno Karabakh yang diperebutkan antara Armenia dan Azerbaijan berbatasan langsung dengan Iran. Teheran sebelumnya memperingatkan kedua agar tak melemparkan pelurunya ke wilayah Iran. Sementara Armenia menganggap Turki telah mengirim teroris ke Nagorno Karabakh.

Beda pandangan

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui Rusia dan Turki beda pandangan soal konflik Nagorno Karabakh yang melibatkan Armenia serta Azerbaijan. Oleh karena itu, kata Putin, kedua pihak harus mencari langkah kompromi. "Erdogan memang terlihat keras, tapi ia politisi yang fleksibel dan partner yang dapat diandalkan buat Rusia," ujarnya seperti dilansir Daily Sabah, Kamis.

Putin berharap AS akan membantu Rusia mencari solusi atas ketegangan yang terjadi di Kaukasus. Moskow sendiri yakin bahwa sedikitnya 5.000 orang tewas dalam pertempuran antara Azerbaijan dan Armenia di wilayah Nagorno Karabakh.  "Banyak jumah korban di antara kedua belah pihak, lebih dari 2.000 dari masing-maisng pihak," ujar Putin dalam sebuah pertemuan Valdai Discussion Club.  

Pihak Nagorno Karabakh yang pro Armenia menyebut 874 personel militer terbunuh sejak 27 September. Sementara Azerbaijan mengatakan, 61 warga sipil terbunuh dan 291 terluka. Namun, Baku tak mengungkap berapa jumlah personel tewas dari militer.

Rusia memiliki perjanjian khusus dengan Armenia. Moskow telah mencoba memediasi Azerbaijan dan Armenia. Namun dua gencatan senjata yang disepakati berakhir gagal. Sementara itu, Turki berulangkali menegaskan posisinya yang mendukung Azerbaijan. Ankara siap mengirimkan tentaranya jika diminta. Bagi Turki, perdamaian hanya mungkin terjadi jika Armenia hengkang dari Nagorno Karabakh yang merupakan wilayah Azerbaijan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement