REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin Banda Aceh dr Azharuddin menyatakan peringatan Hari Dokter Nasional 2020 menjadi momentum masyarakat untuk membantu paramedis dalam penanganan Covid-19.
Menurut Azharuddin, dokter tidak lagi menjadi garda terdepan penanganan Covid-19, apabila masyarakat terus-terusan tidak disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan atau 3M.
"Sekarang tidak tepat lagi paramedis disebut garda depan, yang benar adalah paramedis adalah garda di belakang, karena jika masyarakat dan semua stakeholder lainnya sudah tidak lagi mematuhi 3M dengan konsisten maka akan banyak pasien yang harus dirawat di rumah sakit," kata Azharuddin di Banda Aceh, Sabtu (24/10).
Hingga ini kasus Covid-19 Aceh disebut sangat mengkhawatirkan sehingga sejak medio Oktober 2020, Aceh masuk dalam daftar 10 provinsi di Indonesia dengan prioritas penanganan wabah virus corona.
"Artinya Aceh sudah pada tahapan yang perlu upaya maksimal untuk memperbaiki kondisi, sehingga menugaskan Kepala BNPB ke Aceh, yang pekan berikutnya terus dikunjungi tim lengkap Kemenkes RI dibawah pimpinan dr Mariya Mubarika," ujarnya.
Ia menilai Aceh memang harus bekerja keras dalam tangani Covid-19. Itu mengingat kesadaran warga dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan masih rendah, bersikap abai, dan bahkan masih ada warga yang tidak percaya adanya Covid-19.
"Bahasa saya sejak April sudah meminta agar masyarakat tidak tungang (bandel, red), namun fenomena hari-hari bisa kita lihat seperti apa Aceh dalam tiga hal seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak yang masih lemah," ujarnya.
Maka dari itu, untuk saat ini masih relevan jika semua bersama-sama mengambil peran apapun dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di daerah Tanah Rencong.
"Upaya patuhi 3M, jangan sampai sakit, yang sakit jangan sampai sakit berat, yang sakit berat jangan sampai kritis, dan yang kritis diupayakan bisa tertolong atau seminimal mungkin yang meninggal, ini adalah ikhtiar kita semua," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Aliansi Pantau Pelayanan Rakyat (ALPALA) Aceh bahwa peringatan Hari Dokter Indonesia 2020 momentum warga Aceh untuk ikut membantu paramedis dalam menekan angka penyebaran Covid-19.
"Momen peringatan Hari Dokter Nasional ini harus menjadi refleksi bagi kita semua, agar sama-sama membantu perjuangan mereka dalam melawan Covid-19 ini," kata Koordinator ALPALA Aceh Misward Fuady.
Kasus Covid-19 di Aceh masih tinggi. Dokter sebagai garda terdepan telah berjuang keras, bahkan tidak sedikit dokter telah gugur. Karena itu peran warga juga sangat penting berkontribusi dan memberi dukungan penuh terhadap para dokter, dengan cara disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Kata Miswar, peran vital para dokter dan tenaga medis lainnya telah banyak menyelamatkan nyawa pasien terinfeksi Covid-19 di Tanah Rencong, meski mereka juga ikut terpapar dalam menjalankan tugasnya.
"Para dokter rela berkorban bahkan sampai mempertaruhkan nyawanya. Tapi mereka telah menaklukkan ketakutan, kebimbangan, dan risiko terberat selama menghadapi apndemi Covid-19," katanya.
Dokter memang garda terdepan dalam menangani Covid-19, akan tetapi masyarakat juga harus menjadi garda terdepan dalam mematuhi protokol kesehatan, ujarnya lagi
Hingga Sabtu ini, secara akumulatif warga terinfeksi Covid-19 di Aceh telah mencapai 7.125 orang, diantaranya 5.160 orang sembuh, 252 orang meninggal dunia, dan 1.713 orang masih dirawat di rumah sakit rujukan atau isolasi mandiri.