REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengonfirmasi bahwa negaranya menguji sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia, Jumat (23/10).
Pengujian tersebut tetap dijalankan meskipun ada keberatan dari Amerika Serikat (AS). "Mereka diuji, mereka sedang diuji," kata ujar Erdogan.
Washington sangat keberatan dengan Turki yang mengakuisisi sistem anti-pesawat Rusia dan menangguhkan Turki dari program jet tempur F-35 dari AS.
Pemerintah AS mengatakan S-400 adalah ancaman bagi jet tempur siluman dan tidak akan dapat dioperasikan dengan sistem NATO.
Ankara juga telah mendapatkan peringatan bahwa berisiko terkena sanksi di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi jika sistem S-400 diaktifkan.
Ankara menegaskan pihaknya terpaksa membeli sistem Rusia setelah Washington menolak untuk menjualnya sistem Patriot. Erdogan juga berpendapat bahwa itu adalah hak kedaulatan Ankara untuk membeli sistem yang diinginkannya.
"Sikap Amerika sama sekali tidak mengikat kami. Kami tidak akan bertanya pada Amerika," kata Erdogan.
Presiden Turki ini juga mempertanyakan terjadinya standar ganda. Dia merujuk kepada anggota NATO Yunani menggunakan sistem pertahanan rudal S-300 dari Rusia. "Apakah Amerika memberi tahu mereka sesuatu?"
Rusia mengirimkan sistem pertahanan ke Turki tahun lalu. Turki awalnya mengatakan S-400 akan beroperasi pada April, tetapi sejak itu terjadi menunda pengaktifan sistem.
Media Turki melaporkan pekan lalu bahwa militer menguji coba sistem pertahanan udara S-400 Rusia di provinsi Laut Hitam Sinop. Laporan ini pun akhirnya terkonfirmasi dengan pernyataan Erdogan langsung.