Ahad 25 Oct 2020 11:07 WIB

Erdogan: Presiden Prancis Macron Butuh Perawatan Mental

Presiden Turki Tayyip Erdogan mengutuk keras sikap Macron terhadap Islam dan Muslim

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengutuk keras sikap Macron terhadap Islam dan Muslim
Foto: Turkish Presidency via AP, Pool
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengutuk keras sikap Macron terhadap Islam dan Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL- Presiden Turki Tayyip Erdogan menyebut Presiden Prancis, Emmanuel Macron adalah orang yang membutuhkan perawatan mental. Pernyataan ini disebut dalam pidatonya karena sikap Macron terhadap Muslim dan Islam.

Seperti diketahui, senak awal bulan ini, Macron berjanji untuk melawan "separatisme Islam", yang disebutnya mengancam  mengambil kendali di beberapa komunitas Muslim di sekitar Prancis.

Baca Juga

Sikap Macron ini dimulai sejak kasus pemenggalan seorang guru sejarah oleh seorang radikal Islam, yang ingin membalas penggunaan kartun Nabi Muhammad oleh guru tersebut di kelas untuk kebebasan berekspresi.

"Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan pada tingkat mental," kata Erdogan dalam pidatonya di kongres provinsi Partai AK di kota Kayseri, Turki tengah dilansir dari reuters, Sabtu (24/10).

"Apa lagi yang bisa dikatakan kepada seorang kepala negara yang tidak memahami kebebasan berkeyakinan dan yang berperilaku seperti ini kepada jutaan orang yang tinggal di negaranya yang merupakan anggota dari agama yang berbeda?"  tambah Erdogan.

Erdogan adalah seorang Muslim yang saleh dan memimpin Turki sejak Partai AK yang bernafaskan Islam pertama kali berkuasa pada tahun 2002. Ia juga telah berusaha untuk mengubah Islam menjadi arus utama politik di Turki, sebuah negara yang mayoritas Muslim tetapi sekuler.

Presiden Turki tersebut mulai bereaksi sejak 6 Oktober lalu setelah komentar awal Macron tentang "separatisme Islam". Menurutnya, pernyataan itu adalah "provokasi yang jelas" dan menunjukkan "ketidaksopanan" pemimpin Prancis kepada Islam.

Turki dan Prancis adalah anggota NATO tetapi telah berselisih mengenai berbagai masalah termasuk kebijakan di Suriah dan Libya, yurisdiksi maritim di Mediterania timur dan konflik di Nagorno-Karabakh.

Erdogan dan Macron sempat membahas ketidaksepakatan mereka dalam panggilan telepon bulan lalu dan setuju untuk meningkatkan hubungan dan menjaga saluran komunikasi tetap terbuka.

Sumber: https://en.zamanalwsl.net/news/article/58944/

 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement