Ahad 25 Oct 2020 16:06 WIB

Pompeo ke Asia Diprediksi Galang Persekutuan Lawan China

Menlu AS Mike Pompeo akan berkunjung ke Asia, salah satunya Indonesia

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
 Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo
Foto: AP/Charly Triballeau/Pool AFP
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo

REPUBLIKA.CO.ID, NEWDELHI -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo akan menggelar lawatan ke beberapa negara Asia, salah satunya Indonesia mulai pekan ini. Tur Pompeo itu diprediksi untuk menggalangkan persekutuan melawan China.

Kunjungan Pompeo ke India, Sri Lanka, dan Maladewa tampaknya untuk memukul mundur pengaruh ekonomi dan militer China di Kawasan. Sri Lanka dan Maladewa menjadi dua negara Samudra Hindia yang kesulitan membayar utang infrastruktur dari Negeri Tirai Bambu.

Baca Juga

Tepat sebelum pemungutan suara pemilihan presiden AS, Pompeo akan mengakhiri tur tersebut di Indonesia yang terjepit di Laut China Selatan yang disengketakan China dan negara-negara Asia Tenggara.

"Kami menantikan memperkuat hubungan yang sangat penting dengan teman-teman dan mitra-mitra kami, menekankan komitmen kami yang dalam terhadap Indo-Pasifik dan memajukan visi kemitraan dan kemakmuran jangka panjang di kawasan," kata wakil asisten sekretaris utama Badan Urusan Asia Selatan dan Tengah Departemen Luar Negeri AS, Dean Thompson, Sabtu  (24/10).

Washington memperkuat diplomatik terhadap China. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump menjadikan sikap tegas terhadap Beijing sebagai tema utama kebijakan luar negerinya.

Pompeo memimpin rapat dengan menteri dari India, Jepang, dan Australia yang digelar bulan ini di Tokyo. Kerja sama empat negara yang disebut the Quad itu dapat dianggap bagian penting perlawanan mereka terhadap Cina di Indo-Pasifik.

"Hal ini lebih pada urusan kebijakan luar negeri dibandingkan politik dalam negeri," kata pakar keamanan maritim dari Center for Strategic and International Studies, Greg Poling.

"Ya retorika anti-China Pompeo sebagian besar mengenai pemilihan umum, tapi langkah Departemen Luar Negeri memperluas tekanan dengan memperkuat the Quad, memperketat hubungan dengan Taiwan, meningkatkan perhatian pada Laut China Selatan dan lainnya, lebih didorong pada kebijakan profesional sebagai politisi," katanya.

Bulan depan, India akan menjadi tuan rumah Malabar, sebuah latihan perang angkatan laut terbesar tahun ini. Latihan anggota the Quad itu dikecam China.

Keputusan India terlibat dalam rapat ini setelah negara itu bentrok dengan Negeri Tirai Bambu di perbatasan. Kedua negara mengerahkan puluhan ribu tentara dan persenjataan canggih setelah gesekan pada bulan Juli lalu.

Beijing membantah melakukan intrusi ke bagian wilayah India. Mereka mengatakan krisis di perbatasan dipicu langkah New Delhi membangun jalan dan infrastruktur lain di wilayah yang disengketakan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhou Lijian mengatakan AS melakukan perundungan dengan memaksa negara-negara lain memilih pihak dalam perselisihan dengan China tapi upaya seperti itu tidak akan berhasil. Menteri Pertahanan AS Mark Esper akan bergabung dengan Pompeo dalam tur tersebut. Pemerintah India mengatakan mereka mungkin akan menandatangani kesepakatan dengan AS.

Kesepakatan tersebut akan memberikan India akses data satelit AS yang sensitif. Data tersebut akan membantu India meningkatkan tingkat ketepatan tembakan rudal dan drone mereka.

"Ada potensi besar dalam kerja sama pertahanan kami," kata pejabat pemerintah India.

Kunjungan Pompeo ke Sri Lanka akan menjadi kunjungan pertama Menteri Luar Negeri AS ke negara itu setelah lebih dari satu dekade. Thompson mengatakan Pompeo akan menyarankan Colombo untuk mengurangi ketergantungan mereka pada China.

Thompson mengatakan China memang telah berinvestasi miliar dolar AS di Sri Lanka dalam bentuk pembangunan pelabuhan dan jalan tol. Tapi, membuat Sri Lanka berhutang dalam jumlah yang sangat besar.  

"Kami meminta Sri Lanka membuat keputusan sulit tapi keputusan yang dibutuhkan untuk mengamankan kemerdekaan ekonomi untuk kesejahteraan jangka panjang," kata Thompson. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement