REPUBLIKA.CO.ID, ILLINOIS -- Petugas polisi di Waukegan, Illinois, Amerika Serikat (AS) dipecat setelah menembak dan membunuh seorang remaja kulit hitam yang tak bersenjata dan melukai kekasihnya yang berusia 20 tahun. Penembakan tersebut terjadi di sebuah lampu merah pada awal pekan ini.
Pada Ahad (25/10), Departemen Kepolisian Waukegan mengatakan polisi yang belum diidentifikasi itu dipecat dari pekerjaannya pada Jumat (23/10) lalu. Ia dianggap melanggar sejumlah kebijakan dan prosedur.
Pemecatan dilakukan setelah penembakan yang menewaskan Marcellis Stinnette yang berusia 19 tahun dan melukai kekasihnya Tafarra Williams. Panitia unjuk rasa Clyde McLemore mengatakan diperkirakan 200 hingga 300 orang akan berkumpul menuntut keadilan. Unjuk rasa digelar di kota Lake County yang berpopulasi sekitar 85 ribu orang, sekitar 72 kilometer sebelah utara Chicago.
Dalam enam bulan terakhir, gelombang unjuk rasa anti-rasialisme dan brutalitas polisi telah menyapu seluruh Amerika Serikat, setidaknya sejak kematian laki-laki kulit hitam George Floyd yang tewas ditangan polisi kulit putih pada 25 Mei lalu.
Waukegan terletak 25 kilometer selatan Kenosha, Wisconsin. Daerah yang kerap diterpa bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi setelah polisi kulit putih membunuh laki-laki kulit hitam Jacob Blake dengan menembak punggungnya berkali-kali. Berdasarkan kepolisian Waukegan, pembunuhan terhadap Stinnette terjadi saat polisi Hispanik menghentikan kendaraannya di lampu merah. Petugas tersebut menembak mobil pasangan kulit hitam itu untuk membela diri.
Namun, polisi tidak menemukan senjata api di mobil Stinnette dan Williams. Juru bicara keluarga dan kerabat Stinnette, Satrese Stallworth mengatakan remaja 19 tahun itu yang duduk di kursi penumpang tewas.
Sementara, Williams terluka di pergelangan tangan dan rusuknya. Kepolisian Waukegan mengatakan saat ini Williams masih berada di rumah sakit.
"Dalam kasus ini, kami tidak percaya pada narasi polisi, berkali-kali kami melihat laporan 'resmi' polisi membunuh masyarakat kulit hitam terlalu sering kehilangan atau gagal menginterpretasi detail-detailnya," kata pengacara Williams, Benjamin Crump dalam pernyataannya.