Senin 26 Oct 2020 07:45 WIB

Spanyol Pertimbangkan Terapkan Kondisi Darurat Ketiga Kali

Perdana Menteri Spanyol mempersiapkan keadaan darurat baru atasi Covid-19

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Sejumlah orang dengan memakai masker wajah untuk mencegah Covid-19 berjalan di pusat kota Barcelona, Spanyol.
Foto: Foto AP / Emilio Morenatti
Sejumlah orang dengan memakai masker wajah untuk mencegah Covid-19 berjalan di pusat kota Barcelona, Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengadakan rapat Kabinet untuk mempersiapkan keadaan darurat baru untuk membendung infeksi Covid-19 pada Ahad (25/10). Langkah tersebut membuat pemerintah dapat memberlakukan jam malam dan pembatasan lainnya di seluruh negeri.

Pemerintah Sanchez mengatakan pada Sabtu malam bahwa mayoritas pemimpin regional Spanyol telah menyetujui keadaan darurat baru. Pertemuan Ahad dilakukan untuk mempelajari persyaratan dalam pelaksanaan penerapan tersebut.

Baca Juga

Menteri Kesehatan Spanyol Salvador Illa mengatakan lembaganya dan pejabat kesehatan regional sedang mempelajari cara menerapkan jam malam. Kemungkinan besar pemberlakuan jam malam akan seperti Prancis yang mulai pukul 21.00 hingga pukul 06.00.

Keadaan darurat memberikan pemerintah nasional kekuasaan yang luar biasa, termasuk kemampuan untuk sementara waktu membatasi kebebasan dasar yang dijamin dalam Konstitusi Spanyol seperti hak untuk bergerak bebas. Ini akan menjadi penerapan ketiga kali selama pandemi.

Keadaan darurat pertama dideklarasikan pada Maret untuk menerapkan kurungan rumah yang ketat di seluruh negeri, menutup toko, dan merekrut industri swasta untuk perjuangan kesehatan masyarakat nasional. Penerapan ini dicabut pada Juni setelah pemerintah bisa menahan tingkat penularan dan menyelamatkan rumah sakit dari kehancuran.

Sedangkan keadaan darurat kedua berlaku selama dua pekan hanya di kota Madrid. Keputusan ini memaksa para pemimpin daerah ibu kota yang enggan memberlakukan batas perjalanan pada penduduk untuk memperlambat infeksi baru tumbuh secara eksponensial. Penerapan tersebut telah berakhir sejak Sabtu.

Pekan ini Spanyol menjadi negara Eropa pertama yang melampaui satu juta kasus Covid-19 yang tercatat secara resmi. Namun, Sanchez mengakui angka sebenarnya bisa lebih dari tiga juta karena kesenjangan dalam pengujian dan faktor lainnya.

Laporan terakhir Spanyol pada Jumat menyatakan hampir 20 ribu kasus harian baru dan 231 kematian lebih. Kondisi ini menjadikan jumlah kematian negara tersebut dalam pandemi menjadi 34.752 jiwa.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement