REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengadakan rapat Kabinet untuk mempersiapkan keadaan darurat baru untuk membendung infeksi Covid-19 pada Ahad (25/10). Langkah tersebut membuat pemerintah dapat memberlakukan jam malam dan pembatasan lainnya di seluruh negeri.
Pemerintah Sanchez mengatakan pada Sabtu malam bahwa mayoritas pemimpin regional Spanyol telah menyetujui keadaan darurat baru. Pertemuan Ahad dilakukan untuk mempelajari persyaratan dalam pelaksanaan penerapan tersebut.
Menteri Kesehatan Spanyol Salvador Illa mengatakan lembaganya dan pejabat kesehatan regional sedang mempelajari cara menerapkan jam malam. Kemungkinan besar pemberlakuan jam malam akan seperti Prancis yang mulai pukul 21.00 hingga pukul 06.00.
Keadaan darurat memberikan pemerintah nasional kekuasaan yang luar biasa, termasuk kemampuan untuk sementara waktu membatasi kebebasan dasar yang dijamin dalam Konstitusi Spanyol seperti hak untuk bergerak bebas. Ini akan menjadi penerapan ketiga kali selama pandemi.
Keadaan darurat pertama dideklarasikan pada Maret untuk menerapkan kurungan rumah yang ketat di seluruh negeri, menutup toko, dan merekrut industri swasta untuk perjuangan kesehatan masyarakat nasional. Penerapan ini dicabut pada Juni setelah pemerintah bisa menahan tingkat penularan dan menyelamatkan rumah sakit dari kehancuran.
Sedangkan keadaan darurat kedua berlaku selama dua pekan hanya di kota Madrid. Keputusan ini memaksa para pemimpin daerah ibu kota yang enggan memberlakukan batas perjalanan pada penduduk untuk memperlambat infeksi baru tumbuh secara eksponensial. Penerapan tersebut telah berakhir sejak Sabtu.
Pekan ini Spanyol menjadi negara Eropa pertama yang melampaui satu juta kasus Covid-19 yang tercatat secara resmi. Namun, Sanchez mengakui angka sebenarnya bisa lebih dari tiga juta karena kesenjangan dalam pengujian dan faktor lainnya.
Laporan terakhir Spanyol pada Jumat menyatakan hampir 20 ribu kasus harian baru dan 231 kematian lebih. Kondisi ini menjadikan jumlah kematian negara tersebut dalam pandemi menjadi 34.752 jiwa.