Senin 26 Oct 2020 11:42 WIB

Wapres Sebut Banyak Orang Terjebak Mentalitas Pencitraan

Publisitas  seakan menjadi kata kunci untuk mengukur kebaikan seseorang.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ratna Puspita
Wakil Presiden RI, Maruf Amin
Foto: Satwapres
Wakil Presiden RI, Maruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebut banyak orang saat ini berbuat kebaikan demi diketahui luas oleh publik di masa sekarang. Bahkan, menurut Ma'ruf, publisitas pada era digital ini seakan menjadi kata kunci untuk mengukur kebaikan seseorang.

Padahal, Ma'ruf mengatakan, belum tentu apa yang dipublikasikan tersebut mempunyai dampak positif yang lebih besar daripada yang tidak di-publikasikan. "Saat ini banyak orang terjebak pada mentalitas syuhrah, yaitu mentalitas pencitraan diri agar dikenal luas. Amal kebaikan yang dilakukan diorientasikan agar di-cover media secara luas," kata Ma'ruf dalam peringatan Haul KH Abdullah Hamid bin Abdullah bin Umar atau Mbah Hamid Pasuruan secara virtual, Senin (26/10)

Baca Juga

Ma'ruf melanjutkan, motivasinya tentu hanya untuk membentuk citra diri, bukan berbuat kebajikan itu sendiri. Menurutnya, ajaran khumul, yakni fokus pada aktivitas kebaikan dengan membungkus dan menutupinya agar tidak diketahui orang lain pun saat ini sudah banyak dilupakan.

Padahal, kata Ma'ruf, ajaran khumul itu pula yang dilakukan oleh Mbah Hamid Pasuruan dalam kehidupan kesehariannya yakni tawadhu’, sederhana dan menjauh dari publisitas. Hal itu disampaikan Ma'ruf saat mengenang sosok KH Abdullah Hamid bin Abdullah bin Umar atau Mbah Hamid Pasuruan pada peringatan Haulnya.

"Ajaran khumul ini di masa sekarang sudah banyak dilupakan. Segala sesuatu amal kebaikan yang dilakukan seakan harus diketahui seluas mungkin oleh publik," ujarnya.

Meski dakwah melalui media digital diperlukan pada era saat ini demi jangkauannya lebih luas dan dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Namun, ajaran khumul berbuat kebaikan tanpa perlu diketahui orang lain harus tetap dilakukan.

"Saya mengajak kita semua untuk meneladani dan mengikuti apa yang telah dilakukan oleh al-maghfurlah Mbah Hamid," katanya.

Sebelumnya, ia juga mengingatkan para pendakwah menggunakan pendekatan dengan hikmah dan baik dalam mengenalkan dan mengajarkan Islam. Menurut Ma'ruf, pendekatan model itulah yang dilakukan Rasulullah SAW juga para ulama dan para wali terdahulu.

Ia menilai pendekatan dakwah seperti itu efektif menumbuhkan daya tarik masyarakat untuk belajar lebih dalam dan mengamalkan dengan sungguh-sungguh ajaran Islam. "Namun model dakwah bil-hikmah sebagaimana dicontohkan Mbah Hamid tersebut sepertinya sudah mulai berkurang," ujar Ma'ruf saat mengenang sosok KH. Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar dalam peringatan haul Mbah Hamid Pasuruan secara virtual, Senin (26/10).

"Saat ini tidak sedikit yang melakukan dakwah agama Islam dengan wajah yang garang, jauh dari ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW," kata Ma'ruf lagi.

Ia mengatakan, sosok Mbah Hamid perlu dijadikan teladan para pendakwah dalam mengenalkan dan mendakwahkan Islam dengan wajah santun, lembut dan rahmatan lil alamin di tanah air. Sebab, pendekatan yang beliau gunakan dalam berdakwah lebih banyak menggunakan pendekatan dengan menghadirkan kesadaran seseorang melalui peristiwa tertentu yang dapat mengunci daya nalar dan hati orang tersebut.

Sehingga orang tersebut dapat menerima risalah Islamiyah dengan sepenuh hati dan kesadaran. "Model dakwah yang digunakan oleh Mbah Hamid ini serupa dengan model dakwah yang digunakan para ulama dan para wali terdahulu dalam mengenalkan dan mengajarkan Islam di bumi nusantara," kata Ma'ruf.

Hal itu, Ma'ruf mengatakan, sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Surat An-Nahl ayat 125 yang menyerukan mengajak manusia kepada Tuhan dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berilah pengertian kepada mereka dengan cara yang baik.

"Apa yang sudah dijalankan oleh Mbah Hamid tersebut merupakan contoh dan teladan yang sangat baik bagi kita semua untuk berdakwah mengenalkan agama Islam dengan cara hikmah, mau’idhah hasanah dan mujadalah billati hiya

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement