Senin 26 Oct 2020 12:41 WIB

Putra Mahkota Saudi Takut Dibunuh Jika Normalisasi Israel

Uni Emirat Arab dan Bahrain sebelumnya menormalisasi hubungan dengan Israel

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman
Foto: REUTERS/Charles Platiau
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) beritahu miliuner Israel-Amerika Haim Saban. Ia takut nyawanya terancam bila menormalisasi hubungan dengan Israel.

Pada Senin (26/10), Middle East Eye, melaporkan pada surat kabar Israel, Haaretz, Saban mengatakan MbS berkata padanya bila ia mengikuti langkah Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, dia akan 'dibunuh oleh Iran, oleh Qatar, dan rakyatnya sendiri'.  

Baca Juga

Haaretz melaporkan Saban menggelar kampanye pro-Biden dengan tajuk 'Keamanan dan Kemakmuran Israel di Gedung Putih Biden'. Acara yang digelar di Florida itu sebagai bentuk dukungannya pada Joe Biden dan Kamala Harris.

UEA dan Bahrain yang kebijakan luar negerinya terkoneksi dengan Arab Saudi, sudah menormalisasi hubungan dengan Israel pada bulan Agustus. Kesepakatan normalisasi itu diresmikan di Gedung Putih pada bulan lalu.

Saban, seorang miliuner yang mendirikan Saban Center for Middle East Policy di Brookings Institution salah satu dari sedikit pendukung Partai Demokrat yang menghadiri kesepakatan tersebut. Ia menyebut kesepakatan yang ditandatangani pada 15 September itu sebagai Perjanjian Ibrahim.

Pada Jumat (23/10) lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia berharap Arab Saudi juga sepakat untuk memperbaiki hubungan dengan Israel dalam beberapa bulan ke depan. Pernyataan itu disampaikan tidak lama setelah Sudan menjadi negara Arab ketiga yang menormalisasi hubungan dengan Israel.

Pada awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan al-Saud mengatakan negaranya tidak akan mengakui Israel sampai mereka bersedia kembali ke negosiasi Israel-Palestina. Saban, salah satu donatur tetap Partai Demokrat dan kerap menggunakan media daring untuk menyuarakan dukungannya pada mantan wakil presiden Joe Biden. Ia memuji 'komitmen Biden selama 47 tahun' terhadap Israel.

"Semua Yahudi di Amerika yang peduli pada persekutuan Israel-Amerika tahu mereka dapat tidur dengan nyenyak selama masa kepresidenan Biden," katanya.

Saban mengatakan peran Trump dalam Perjanjian Ibrahim sangat kecil. Menurutnya, perjanjian itu terwujud atas kerja keras menantu Trump, Jared Khusner.

"Semua pujian harusnya untuk Jared Kushner dan (stafnya) Avi Berkowitz, yang sudah bekerja sangat keras," kata Saban.

Trump menekankan normalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel sebagai prestasi terbesar kebijakan luar negerinya. Ia menggunakan itu untuk menarik suara Kristen evangelis dalam pemilihan 3 November mendatang. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement