REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk mencatatkan laba bersih senilai Rp 20 triliun pada kuartal tiga 2020. Adapun realisasi laba bersih mengalami penurunan 4,2 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya senilai Rp 20,9 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan penurunan laba bersih disebabkan meningkatnya biaya pencadangan.
“Pandemi Covid-19 tidak hanya menciptakan tantangan berbagai aspek, namun juga mengharuskan kita untuk mengelola ketidakpastian,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Senin (26/10).
Menurutnya perusahaan berupaya menjaga rasio kecukupan modal atau current account ratio (CAR) sebesar 24,7 persen pada September 2020, lebih tinggi dari ketetapan regulator, dan rasio loan deposit ratio (LDR) sebesar 69,6 persen. Kemudian rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) terjaga pada level 1,9 persen dibandingkan tahun lalu sebesar 1,6 persen.
“Rasio pengembalian terhadap aset (ROA) tercatat sebesar 3,4 persen dan pengembalian terhadap ekuitas (ROE) sebesar 16,9 persen pada sembilan bulan pertama tahun ini,” ucapnya.
Pada laporan laba rugi, terlepas dari pertumbuhan stagnan pada pendapatan bunga, BCA mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar sembilan persen menjadi Rp 40,8 triliun selama sembilan bulan pertama 2020. Ini terutama ditopang oleh beban bunga yang rendah.
Pendapatan selain bunga tercatat sebesar Rp 15,1 triliun atau meningkat tiga persen. Adapun total pendapatan operasional selama sembilan bulan pertama 2020 sebesar Rp 55,9 triliun atau tumbuh 7,3 persen.
Kemudian beban operasional sebesar Rp22,1 triliun atau turun sebesar Rp 216 miliar dibanding tahun lalu. Sejalan dengan hal ini, PPOP meningkat sebesar Rp 4 triliun atau 13,5 persen menjadi Rp 33,8 triliun dan dapat menjadi penyangga atas meningkatnya biaya pencadangan.
“BCA membukukan biaya pencadangan sebesar Rp 9,1 triliun atau meningkat sebesar Rp 5,6 triliun (160,6 persen), sejalan dengan peningkatan risiko penurunan kualitas kredit. Secara keseluruhan, laba bersih turun Rp 886 miliar atau 4,2 persen,” ucapnya.