Selasa 27 Oct 2020 05:42 WIB

Pengamat: Investasi Pertanian Masih Bisa Ditingkatkan

Perlu solusi yang komprehensif guna terpenuhinya empat pilar ketahanan pangan

Warga merawat sayuran yang ditanam menggunakan metode Hidroponik, di Kedung Waringin, Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (28/9/2020). Bercocok tanam sayuran dengan memanfaatkan media tanam hidroponik itu menjadi salah satu langkah warga untuk menjaga ketahanan pangan di saat pandemi COVID-19.
Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA
Warga merawat sayuran yang ditanam menggunakan metode Hidroponik, di Kedung Waringin, Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (28/9/2020). Bercocok tanam sayuran dengan memanfaatkan media tanam hidroponik itu menjadi salah satu langkah warga untuk menjaga ketahanan pangan di saat pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kepala Pusat Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta menyatakan investasi pertanian di Indonesia sebenarnya masih bisa digenjot jauh lebih besar dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan nasional.

"Masuknya investasi dapat membantu membentuk sektor pertanian yang resilien dan berkelanjutan melalui pendanaan riset dan pengembangan, teknologi, maupun pengembangan kapasitas sumber daya masyarakat dan petani," kata Felippa Ann Amanta dalam siaran pers di Jakarta, Senin.

Menurut Felippa, investasi di sektor pertanian Indonesia masih perlu ditingkatkan adalah untuk mencapai ketahanan pangan.

Untuk itu, ujar dia, dibutuhkan solusi yang komprehensif guna memastikan terpenuhinya empat pilar ketahanan pangan, yaitu ketersediaan, akses atau keterjangkauan, utilisasi atau keragaman (gizi, nutrisi dan keragaman) dan stabilitas atau keberlangsungan.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, jumlah total investasi pertanian di 2018 adalah Rp 54,1 triliun. Sementara itu, jumlah ini bertambah menjadi Rp sektor 57 triliun di tahun berikutnya.

Sedangkan investasi asing di sektor pertanian hanya 3 persen dari total investasi asing yang masuk ke Indonesia. Total investasi yang masuk pada 2019 adalah 27,09 juta dolar AS.

Felippa menambahkan, pemerintah perlu terbuka terhadap investasi, baik yang berasal dari domestik dan asing. Namun, masuknya investasi tersebut dinilai tetap perlu mementingkan efisiensi biaya.

Ia berpendapat bahwa selama ini, selain nilai investasi di sektor pertanian yang masih cenderung rendah, alokasi pada komponen investasi di bidang research dan development juga masih jauh dari nilai yang memadai.

"Padahal pengembangan pada bidang research dan development sangat penting untuk, misalnya, mengembangkan bibit dan benih yang lebih tahan lama dan berkualitas lebih baik," kata Felippa.

Selain itu, ujar dia, investasi dan kebijakan pertanian yang diambil tersebut diharapkan bisa mengadopsi cara-cara bertani yang lebih ramah terhadap iklim.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan sektor pertanian yang terus didorong oleh pemerintah untuk maju, mampu tumbuh di tengah pandemi.

Menurut Syahrul Yasin Limpo, di tengah pandemi virus Corona, hampir seluruh sektor terdampak dan mengalami penurunan. Namun, lanjut Syahrul, pada sektor pertanian tetap bertahan dan mampu tumbuh hingga 16,4 persen meskipun terjadi pandemi Covid-19.

Mentan menilai kebutuhan masyarakat akan hasil pertanian di tengah pandemi virus corona tidak bisa ditunda, sehingga tetap memutar roda perekonomian pada sektor tersebut.

Bahkan, lanjutnya, bukan hanya untuk pasar dalam negeri, permintaan pasar luar negeri juga tidak melemah. Hal itu dibuktikan dengan masih terus berjalannya ekspor hasil pertanian ke berbagai negara.

 

 

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement