Selasa 27 Oct 2020 03:05 WIB

50 Orang Tewas Oleh Serangan Udara di Suriah

Serangan udara di kamp pelatihan pemberontak di Barat Laut Suriah teaskan 50 orang

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Seorang anak berjalan di dekat rumah yang hancur akibat serangan udara di kota Idlib, Suriah. (AP Photo/Felipe Dana)
Foto: AP
Seorang anak berjalan di dekat rumah yang hancur akibat serangan udara di kota Idlib, Suriah. (AP Photo/Felipe Dana)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Serangan udara di kamp pelatihan pemberontak di Barat Laut Suriah pada Senin (26/10) menewaskan lebih dari 50 pejuang yang didukung Turki. Serangan udara juga melukai hampir sebanyak orang yang meninggal. Hal ini disampaikan juru bicara oposisi Suriah dan pengawas perang.

Serangan udara di bagian Barat Laut Provinsi Idlib yakni kantong pemberontak terakhir di Suriah menargetkan kamp pelatihan militer untuk Failaq Al-Sham. Mereka adalah salah satu kelompok oposisi terbesar yang didukung Turki di Suriah, kata Youssef Hammoud, juru bicara kelompok tersebut.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (HAM) yang berbasis di Inggris, yang memantau perang di Suriah, memberikan data jumlah korban yang lebih tinggi akibat serangan udara itu. Menurut data mereka sebanyak 78 pejuang mati dan hampir 90 orang terluka. Dilansir dari Arab News, Senin (26/10).

Observatorium Suriah untuk HAM mengatakan, misi penyelamatan masih berlangsung. Mereka juga menduga serangan udara itu dilakukan oleh Rusia, yang merupakan sekutu dekat Presiden Suriah Bashar Assad dalam perang saudara di negara itu.

Hammoud mengatakan, para pemimpin kamp termasuk di antara mereka yang mati dalam serangan udara di Jabal Al-Dweila. Kamp itu dekat dengan perbatasan Turki. Kelompok pemberontak Suriah berjanji akan membalas.

"Faksi dari Front Nasional untuk Pembebasan kami akan menanggapi pelanggaran ini," kata Naji Al-Mustafa, juru bicara lain untuk pejuang yang didukung Turki. Ia mengancam akan menargetkan pos pemerintah dan Rusia. Ia juga menyebutnya sebagai kejahatan oleh Rusia.

Turki dan Rusia telah menengahi gencatan senjata di Idlib awal tahun ini untuk menghentikan serangan pemerintah yang menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi. Tapi gencatan senjata tetap goyah.

Turki telah lama mendukung pasukan pemberontak Suriah di Suriah. Rusia telah bernegosiasi dengan Turki untuk mengerahkan tim pengamat di daerah kantong pemberontak untuk memantau gencatan senjata.

Pekan lalu, pasukan Turki mengevakuasi salah satu pangkalan militer terbesar mereka di daerah itu, yang dikepung oleh pasukan pemerintah Suriah selama berbulan-bulan. Pejuang oposisi Suriah mengatakan itu adalah bagian dari penempatan kembali pasukannya di daerah kantong yang menyusut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement