Senin 26 Oct 2020 21:39 WIB

Macron Hina Islam, Produk-Produk Prancis Diboikot!

Ini Deretan Perusahaan Timur Tengah yang Boikot Produk Gara-Gara Macron

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Prancis Tertohok! Ini Deretan Perusahaan Timur Tengah yang Boikot Produk Gara-Gara Macron. (FOTO: Sindonews)
Prancis Tertohok! Ini Deretan Perusahaan Timur Tengah yang Boikot Produk Gara-Gara Macron. (FOTO: Sindonews)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Beberapa perusahaan Timur Tengah telah mengumumkan boikot produk Prancis sebagai bentuk protes komentar yang dibuat oleh Presiden Emmanuel Macron tentang Islam. Sebagaimana diketahui, Macron mengatakan akan melawan "separatisme Islam", yang menurutnya mengancam mengambil kendali di beberapa komunitas Muslim di seluruh Prancis.

Dilansir dari Aljazeera di Jakarta, Senin (26/10/2020) Macron juga menggambarkan Islam sebagai agama "dalam krisis" di seluruh dunia.

Baca Juga: Kartun Nabi Muhammad, Maroko Ikut Kutuk Tindakan Prancis

Selain itu, dukungan terhadap penerbitan karikatur Nabi Muhammad juga menyebabkan kampanye media sosial yang menyerukan boikot produk Prancis dari supermarket di negara-negara Arab dan Turki.

Beragam tagar pun digaungkan seperti #BoycottFrenchProducts dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab #ExceptGodsMessenger trending di berbagai negara termasuk Kuwait, Qatar, Palestina, Mesir, Aljazair, Yordania, Arab Saudi, dan Turki. Berikut deretan perusahaannya!

1. Kumpulan Perusahaan di Kuwait

Di Kuwait, ketua dan anggota dewan direksi Perkumpulan Koperasi Al-Naeem memutuskan untuk memboikot semua produk Prancis dan mengeluarkannya dari rak supermarket. Lalu, Asosiasi Dahiyat al-Thuhr mengambil langkah yang sama.

"Berdasarkan posisi Presiden Prancis Emmanuel Macron dan dukungannya terhadap kartun ofensif terhadap nabi tercinta kami, kami memutuskan untuk menghapus semua produk Prancis dari pasar dan cabang sampai pemberitahuan lebih lanjut."

2. Wajbah Dairy Qatar

Di Qatar, perusahaan Wajbah Dairy mengumumkan boikot produk Prancis dan berjanji untuk memberikan alternatif mereka.

3. Al Meera Consumer Goods Company Qatar

Lebih lanjut, Al Meera Consumer Goods Company, sebuah perusahaan saham gabungan Qatar, mengumumkan di Twitter.

"Kami telah segera menarik produk Prancis dari rak kami hingga pemberitahuan lebih lanjut. Kami menegaskan bahwa sebagai perusahaan nasional, kami bekerja sesuai dengan visi yang sejalan dengan agama kami yang benar, adat istiadat dan tradisi kami yang mapan, dan dengan cara yang melayani negara dan keyakinan kami serta memenuhi aspirasi pelanggan kami."

Universitas Qatar juga bergabung dalam kampanye tersebut. Pemerintahannya telah menunda acara Pekan Budaya Prancis tanpa batas waktu, dengan alasan penyalahgunaan Islam yang disengaja dan simbol-simbolnya.

Dalam sebuah pernyataan di Twitter, mereka mengatakan prasangka apa pun terhadap keyakinan, kesucian, dan simbol Islam sama sekali tidak dapat diterima, karena pelanggaran ini merusak nilai-nilai kemanusiaan universal dan prinsip-prinsip moral tertinggi yang sangat dihormati oleh masyarakat kontemporer.

Dewan Kerjasama Teluk (GCC) menggambarkan pernyataan Macron sebagai tindakan tidak bertanggung jawab dan mengatakan itu bertujuan untuk menyebarkan budaya kebencian di antara masyarakat.

Al-Hajraf meminta para pemimpin dunia menolak pidato kebencian dan penghinaan terhadap agama dan simbol-simbol mereka untuk menghormati perasaan umat Islam, alih-alih menjadi tawanan Islamofobia.

Pada hari Jumat, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengutuk apa yang dikatakan oleh Macron. Sekretariat organisasi yang berbasis di Jeddah itu mengatakan bahwa mereka terkejut dengan retorika politik resmi yang dikeluarkan oleh beberapa pejabat Prancis yang menyinggung hubungan Prancis-Islam dan memicu perasaan kebencian atas perolehan partai politik.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement