REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono menangkap ketidakseriusan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. Khususnya setelah ia mengevaluasi tingginya kesenjangan testing antara suspek Covid-19 dengan individu yang dites.
Terpantau ada 63.556 kasus aktif Covid-19 per Ahad (25/10). Jumlah ini lebih rendah daripada angka suspek 168.918 orang. Dengan demikian, makin banyak yang suspek, tapi tidak dites.
Selain itu, jumlah spesimen yang bisa diperiksa kemarin 33.797 spesimen. Angka ini masih jauh dari suspek dengan angka yang positif dan jumlah spesimen diperiksa sebesar 11 persen.
"Terjadi penurunan jumlah tes itu bahaya. Padahal seharusnya jauh lebih bamyak," kata Pandu pada Republika.co.id, Senin (26/10.
Pandu bahkan merasa kecewa oleh ulah sebagian Pemda yang justru terkesan menutup-nutupi kasus Covid-19. Salah satu cara oknum Pemda semacam itu dengan mengurangi testing.
Alhasil daerah tersebut seolah memiliki kasus Covid-19 yang rendah. Padahal kenyataannya di lapangan bisa amat berbeda.
"Beberapa Pemda bahkan mengurangi tes agar tidak terlaporkan kasus yang meningkat," ujar Pandu.
Pandu meminta Pemda dan Pemerintah Pusat sadar akan pentingnya melakukan testing terhadap suspek Covid-19. Terdapat sejumlah cara testing yang bisa dilakukan pemerintah demi menjamin hal itu.
"Bila ada kendala tes PCR, bisa digunakan tes antigen sesuai saran WHO," ujar Pandu.
Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 merilis perkembangan terkini penambahan kasus Covid-19 harian, Ahad (25/10). Dari 33.797 spesimen yang diperiksa, ditemukan 3.732 kasus Covid-19 dan menjadikan total kasus Covid-19 mencapai 389.712.
Sedangkan kasus sembuh tercatat sebanyak 4.545 orang dengan total kasus sembuh sebanyak 313.764. Satgas juga mencatat jumlah kematian kasus Covid-19 sebanyak 94 orang. Total kasus meninggal telah mencapai 13.299 orang.