Selasa 27 Oct 2020 09:19 WIB

Iran Ikut Kecam Macron yang Hina Islam

Iran tuduh Prancis menyulut paham ekstremisme usai Macron membela kartun Nabi.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Presiden Prancis Emmanuel Macron. Iran tuduh Prancis menyulut paham ekstremisme usai Macron membela kartun Nabi. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/LUDOVIC MARIN
Presiden Prancis Emmanuel Macron. Iran tuduh Prancis menyulut paham ekstremisme usai Macron membela kartun Nabi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Iran menuduh Prancis telah menyulut paham ekstremisme setelah Presiden Emmanuel Macron membela penerbitan kartun Nabi Muhammad. Macron mendapat banyak kecaman dari berbagai pihak hingga seruan boikot produk Prancis.

"Muslim adalah korban utama dari kultus kebencian, diberdayakan oleh rezim kolonial dan diekspor oleh klien mereka sendiri," ujar Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif dalam cicitannya di Twitter resmi dikutip laman Aljazirah, Selasa.

Baca Juga

Menurutnya, menghina 1,9 miliar Muslim dan kesucian mereka karena kejahatan menjijikan dari ekstremis semacam itu adalah penyalahgunaan kebebasan berbicara oportunistik. "Itu hanya menyulut ekstremisme," ujarnya.

Pernyataan Zarif dikeluarkan karena komentar Macron menyusul pemenggalan kepada seorang guru Prancis oleh seorang remaja Muslim. Macron mengatakan guru sejarah Samuel Paty dipenggal karena menunjukkan karikatur nabi kepada murid-muridnya. Macron menyebut Islamis menginginkan masa depan kita.

Pada Ahad, Macron menyerukan tetap tidak menyerah terhadap ekstremis Islam di negaranya. "Kami tidak akan menyerah, selamanya. Kami tidak menerima pidato kebencian dan membela debat yang masuk akal," ujar pemimpin Prancis itu.

Macron telah menyatakan perang terhadap "separatisme Islam", yang katanya mengambil alih beberapa komunitas Muslim di Prancis. Boikot barang-barang Prancis pun kini sedang berlangsung di supermarket di Qatar dan Kuwait.

Namun demikian, para pemimpin agama Iran belum menyerukan boikot produk dari Prancis. Tetapi beberapa pejabat dan politisi Iran telah mengutuk Macron karena "Islamofobia".

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani mengatakan perilaku irasional Macron menunjukkan kekasarannya dalam politik. Shamkhani mencicitkan komentar Macron yang menunjukkan kurangnya pengalaman dalam politik, jika tidak, dia tidak akan berani menghina Islam.

Dia menasehati pemimpin Prancis untuk membaca lebih banyak sejarah dan tidak bergantung pada dukungan dari Amerika yang merosot dan Israel yang memburuk. Ketua parlemen Mohammad-Bagher Ghalibaf mengecam "permusuhan bodoh" Prancis dengan Nabi Muhammad. Menurutnya, ucapan Macron dan cahaya tidak bisa dipadamkan dengan tindakan buta, sia-sia, dan anti-manusia.

Komentar Macron memicu protes di beberapa negara mayoritas Muslim. Demonstran membakar foto presiden Prancis di Suriah dan membakar bendera Prancis di Libya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement