Rabu 28 Oct 2020 03:03 WIB

Petani Teluk Wondama Mulai Kirim Rumput Laut ke Surabaya

Petani Teluk Wondama, Papua Barat, mulai mengirim rumput laut ke Surabaya

Seorang pekerja menjemur hasil panen rumput laut
Foto: Antara/Akbar Tado
Seorang pekerja menjemur hasil panen rumput laut

REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI  - Petani dari sejumlah kampung pesisir di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, mulai mengirim rumput laut ke Surabaya, Jawa Timur. Pengiriman perdana hasil panen nelayan lokal itu dilepas secara simbolis oleh Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan di Pelabuhan Manokwari, Selasa (27/10)

Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Papua Barat, Charlie Heatubun pada kegiatan tersebut mengatakan bahwa ini merupakan bagian dari program pembangunan berkelanjutan di daerah ini.

Pemerintah daerah, katanya, berkomitmen mendorong pengembangan ekonomi hijau berbasis komoditas unggulan daerah. Hal itu merupakan amanat dari deklarasi Manokwari pada Konferensi Internasional Keanekaragaman Hayati, Ekowisata dan Ekonomi Kreatif di Manokwari pada tahun 2018 lalu.

Ia menyebutkan pada pengiriman ini ada 20 ton rumput laut hasil panen petani asli Papua di sejumlah kampung Kabupaten Teluk Wondama, antara lain Kampung Yende, Mena dan Naib di Distrik Roon, Kampung Yembekiri dan Senebuai Distrik Rumberpon serta Kampung Romber di Distrik Yoswar.

"Sebelumnya sudah 85,5 ton yang diproduksi dan dikirim. Harga beli di tingkat petani Rp6.000 perkilo gram. Sedangkan harga jual di Surabaya Rp18 ribu perkilo gram," katanya, Selasa (27/10)

Chalie mengemukakan, dari hasil transaki 20 ton rumput laut kering ini terjadi peredaran uang sebesar Rp 120 juta di sejumlah kampung penghasil rumput laut tersebut.

Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan pada kesempatan itu menekankan pembangunan berkelanjutan harus menjadi arus utama pembanguan di provinsi ini. Hal itu juga harus dilakukan pada seluruh aspek kehidupan.

"Komitmen Konferensi Internasional Keanekaragaman Hayati Ekowisata dan Ekonomi Kreatif dan Deklarasi Manokwari sangat jelas, untuk kita bijaksana dalam mengelola sumber daya alam demi kepentingan generasi yang akan datang," sebut Gubernur.

Menurut Dominggus, Pemprov Papua Barat pun telah memperkuat komitmen itu dalam bentuk peraturan daerah khusus nomor: 10 tahun 2019 tentang pembangunan berkelanjutan. Melalui regulasi ini pembangunan ekonomi diarahkan pada pengemhangan ekonomi hijau yang memprioritaskan komoditas unggulan daerah.

Selain rumput laut, lanjut Gubernur konoditas lain yang dikembangkan antara lain kopi, pala, kakao serta kelapa. Pemerintah provinsi juga sedang mendorong pengembangan ekowisata.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement