Selasa 27 Oct 2020 18:02 WIB

FPAN: Umat Islam Indonesia Harus Beri Pelajaran ke Prancis

Fraksi PAN mendukung gerakan boikot terhadap produk dari Prancis.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Bayu Hermawan
Saleh Partaonan Daulay
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Saleh Partaonan Daulay

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana harian (Plh) Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay mendukung gerakan boikot terhadap produk dari Prancis. Hal itu merupakan bentuk kecaman kepada pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyinggung umat Islam. 

"Dalam konteks ini, seluruh elemen umat Islam Indonesia diharapkan betul-betul bersatu-padu untuk memberikan pelajaran kepada Prancis," ujar Saleh lewat keterangan tertulisnya, Selasa (27/10). 

Baca Juga

Saleh menjelaskan, di Indonesia ini banyak perusahaan Prancis dan produk mereka banyak diperjualbelikan di sini. Salah satu manifestasi dari solidaritas ini, kata Saleh, Indonesia juga harus memboikot produk-produk tersebut, sebagai bentuk solidaritas antarsesama Muslim. 

"Saya kira ini penting dilakukan supaya perilaku seperti ini tidak terjadi lagi. Karena sangat disayangkan kok ada kepala negara yang bertindak seperti ini, itu tentu sangat tidak pantas," ujar Saleh. 

Menurutnya, pernyataan dari seorang kepala negara dikhawatirkan akan memicu timbulnya rasa saling curiga dan benci. Bahkan dapat berujung konflik antarnegara. Untuk itu, ia meminta kepada pemerintah Indonesia untuk juga memberikan nota protes kepada pemerintah Prancis. Sebagai bagian dari amanat konstitusi untuk ikut menjaga perdamaian dunia. 

"Jadi, pemerintah kita harus tegas untuk melakukan protes itu, karena negara-negara lain juga melakukan hal yang sama, seperti Pakistan, bahkan Erdogan di Turki dengan tegas juga mengecam. Semestinya kita juga mengingatkan Prancis lebih tegas lagi," ujar Saleh. 

Seperti diketahui, pada Rabu (21/10), Macron menuduh Muslim melakukan separatisme dan bersumpah untuk tidak menyerah pada kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad. Komentar ini muncul sebagai tanggapan atas pemenggalan atas Samuel Paty, seorang guru berusia 47 tahun, yang diserang dalam perjalanan pulang dari sekolah menengah pertama tempat dia mengajar di Conflans-Sainte-Honorine, 40 kilometer barat laut Paris. 

Lembaga Islam Mesir, al-Azhar juga turut mengecam pernyataan rasis presiden bernama lengkap Emmanuel Jean-Michel Frédéric Macron itu. Para sarjana Universitas Al Azhar menyebut pernyataan Macron bertentangan dengan esensi Islam yang sebenarnya. 

Kecaman juga datang dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu (24/10), mengatakan, Presiden Prancis membutuhkan "pemeriksaan mental." "Apa yang bisa dikatakan tentang seorang kepala negara yang memperlakukan jutaan anggota dari kelompok agama yang berbeda seperti ini, pertama-tama, lakukan pemeriksaan mental," kata Erdogan dalam pidatonya yang dikutip TRT World, Ahad (25/10). 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement