REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- China telah mengajukan keberatan atas apa yang disebutnya penindasan Amerika Serikat terhadap Sri Lanka setelah Washington mengatakan pulau di Samudra Hindia itu harus membuat "pilihan yang sulit tetapi perlu" terkait hubungannya dengan China.
Komentar oleh kedutaan besar China di Kolombo muncul tak lama sebelum kedatangan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Selasa (27/10), yang sedang melakukan lawatan ke Asia untuk melawan pengaruh China yang tumbuh di wilayah tersebut.
"Kami dengan tegas menentang Amerika Serikat mengambil kesempatan kunjungan Menteri Luar Negeri untuk menabur dan mencampuri hubungan China-Sri Lanka, dan untuk memaksa dan menggertak Sri Lanka," kata kedutaan dalam pernyataan, Senin malam (26/10).
China telah menginvestasikan miliaran dolar untuk proyek infrastruktur di Sri Lanka sebagai bagian dari Prakarsa Sabuk dan Jalan, yang bertujuan menghubungkan Asia, Eropa, dan sekitarnya, tetapi diwaspadai oleh India dan AS. Kedutaan mengatakan hubungan China dengan Sri Lanka telah berlangsung selama 2.000 tahun dan kedua negara tidak membutuhkan pihak ketiga untuk mengatur hubungan kedua negara.
Perjalanan Pompeo ke Sri Lanka, dan kemudian ke Maladewa, negara kepulauan Samudra Hindia lainnya, dipandang sebagai bagian dari upaya untuk melawan kehadiran ekonomi China, yang mendominasi di negara-negara kecil dan membuat beberapa dari mereka berhutang banyak.
Menjelang perjalanan Pompeo, pejabat senior Departemen Luar Negeri AS untuk urusan Asia Selatan dan Tengah Dean Thompson mengatakan Sri Lanka harus membuat pilihan sulit untuk mengamankan kemandirian ekonominya dalam jangka panjang. China juga menyuarakan keprihatinan tentang Pompeo yang melakukan perjalanan pada saat Sri Lanka berjuang melawan virus corona baru.
"Apakah berguna untuk pencegahan dan pengendalian epidemi lokal? Apakah ini untuk kepentingan rakyat Sri Lanka," kata kedutaan.
Delegasi China yang dipimpin oleh diplomat utamanya, Yang Jiechi, pada Oktober telah mengunjungi Kolombo, tetapi pihaknya meminimalisasi jumlah anggota staf dan aktivitasnya sejalan dengan pedoman untuk mencegah lonjakan kasus, kata kedutaan.
"Kami bersedia berbagi praktik ini dengan Amerika Serikat, berharap dapat memberikan beberapa referensi untuk kunjungan Menteri Luar Negeri dan penanganan hubungannya dengan negara-negara kecil dan menengah," kata Kedutaan China.