Rabu 28 Oct 2020 03:35 WIB

Polisi Hutan Pantau Owa Jawa di Gunung Puntang

Owa Jawa sangat sulit ditemukan karena jarang turun gunung.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Dwi Murdaningsih
Pelepasan Owa Jawa di Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, Selasa (27/10).
Foto: Dok. Pertamina
Pelepasan Owa Jawa di Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, Selasa (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Enam ekor Owa Jawa dilepasliarkan di Gunung Puntang, Cimaung, Kabupaten Bandung, sejak Selasa (27/10). Pelepasliaran dilakukan setelah Owa Jawa melakukan habituasi atau penyesuaian habitan sejak Juni lalu.

Asisten Perhutanu BKPH Banjaran KPH Bandung Selatan, Tedi Setiadi menyebut polisi hutan terus memantau Owa Jawa. Sejauh ini, dia mengakui Owa Jawa yang sering kali diburu tidak akan terjadi di Gunung Puntang.

Baca Juga

"Sekarang ada sistem PHBM (pengelolaan hutan bersama masyarakat), jadi untuk perburuan masyarakat sekitar hutan kita disalurkan agroforestry dengan jenisnya kopi," kata Tedi usai pelepasliaran dua Owa di Gunung Puntang.

Dia mengakui dengan mengajak masyarakat untuk berkebun bisa membantu pelestarian hutan. Sehingga kasus perburuan, pembalakan liar hingga pencurian kayu sangat minim.

"Ada zona pemanfatan dan zona perlindungan. Di zona perlindungan tidak dibolehkan ada aktivitas perburuan dan pembalakan liar, maka ini sangat didukung sejak 2013 dengan adanya pelepasan hewan di sini," kata Tedi.

Pelepasliaran ini merupakan hasil kerja sama PT Pertamina EP Asset 3 Subang field dengan BKSDA dan Yayasan Owa Jawa. Meski tidak ada ancaman dari manusia, Tedi menyebut Owa Jawa tetap bisa terancam.karena menjadi buruan hewan buas.

"Di sini masih ada macan tutul dan macan kumbang. Namun hanya dikhawatirkan Owa Jawa itu menjadi buruan hewan buas. Tapi itu kan sebagai siklus alam bukan oleh manusia," katanya.

Sejak 2013, sudah ada 30 ekor yang dilepasliarkan. Tedi menyebut sudah pasangan Owa Jawa yang sudah beranak satu.

Namun Owa Jawa sangat sulit ditemukan karena jarang turun gunung. Tedi menyebut kehidupan Owa Jawa lebih banyak di hutan dalam.

"Mereka ini dilepaskan di hutan Malabar 1, tapi akan lebih banyak hidup di hutan Malabar 2 dan Malabar 3," kata Tedi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement