REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penggunaan istilah sunah memang marak digencarkan oleh umat Muslim dalam satu dekade terakhir ini. Namun apakah yang disebut sunah itu segala sesuatu yang asalnya hanya dari hadis? Lantas bagaimana keterkaitan hadis dengan Alquran itu sendiri?
Dalam buku Ilmu Living Quran-Hadis; Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi karya Ahmad Ubaydi Hasbullah dijelaskan, secara singkat penggunaan sunah sejatinya berupa penegasan bahwa kata tersebut merupakan perwakilan dari kata Alquran dan hadis. Sedangkan istilah sunah yang hidup dan menghidupkan sunah juga merupakan komponen utama living Quran-Hadis.
Tema living Alquran-hadis memiliki makna ganda. Yang pertama yaitu bermakna menghidupkan Alquran dan hadis (ihya Alquran wal ihya al-hadis). Sedangkan yang kedua adalah the living Alquran and hadis.
Dijelaskan bahwa yang disebut sebagai sunah adalah Alquran dan hadis. Dengan mengacu pada Alquran saja, maka sunah itu tidak akan hidup. Sebab hidupnya Alquran adalah dengan sunah. Sedangkan esensi dari hadis adalah sunah itu sendiri. Sehingga komposisi sunah adalah Alquran dan hadis.
Sedangkan pada masa Nabi, sunah pasti hidup karena Nabi sendiri yang menghidupkannya. Nabi mengacu pada Alquran, hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam testimoni Sayyidah Aisyah bahwa akhlak Nabi tak lain adalah Alquran (kaana khuluquhu Alquran). Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Nabi merupakan artikulasi dari Alquran tanpa terkecuali.