Rabu 28 Oct 2020 11:10 WIB

Oposisi Tantang Erdogan Tutup Pabrik Renault Prancis

Warga Turki dinilai tak beli produk Prancis bukan karena boikot, tapi tak mampu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato di depan anggota partainya yang berkuasa di kota timur Malatya, Turki, Minggu, 25 Oktober 2020.
Foto: Presidensi Turki via AP, Pool
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato di depan anggota partainya yang berkuasa di kota timur Malatya, Turki, Minggu, 25 Oktober 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP) Kemal Kılıçdaroğlu meminta Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk mempraktikkan seruannya memboikot produk-produk Prancis. Kılıçdaroğlu berpendapat sejauh ini Erdogan belum membuktikan hal tersebut.

“Anda mengucapkan kata-kata ini (seruan untuk memboikot produk Prancis), tetapi Anda tidak mendukungnya,” kata Kılıçdaroğlu pada Selasa  (27/10), dikutip laman Hurriyet Daily News.

Baca Juga

Dia meminta Erdoğan untuk menutup pabrik Renault Prancis di Turki. "Jika dia bisa," ujarnya.  

Menurut Kılıçdaroğlu, warga Turki tak bisa mempraktikkan seruan Erdogan terkait boikot produk-produk Prancis. Menurutnya, masyarakat memang tidak membeli produk-produk Prancis. Namun hal itu dilakukan bukan bertujuan memboikot, tapi karena tidak mampu seiring daya beli yang menurun.

 
“Kalian melakukannya, saudaraku, sosialita istana yang melakukannya. Seolah-olah sopir bus akan pulang pada malam hari dan memberi tahu [istrinya], 'Saya membelikan Anda parfum Prancis.' Pria itu bahkan tidak dapat menemukan roti," kata Kılıçdaroğlu.

Pada Senin lalu, Erdogan menyerukan warga Turki untuk memboikot produk-produk Prancis. Hal itu sebagai respons atas sikap sentimen anti-Islam yang diperlihatkan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

“Seperti yang telah dikatakan di Prancis, 'jangan membeli barang berlabel Turki,' saya menyerukan rakyat saya di sini. Jangan pernah memberikan kredit untuk barang berlabel Prancis, jangan membelinya," kata Erdogan dalam pidatonya.

Sebelumnya Erdogan menyebut Macron membutuhkan pemeriksaan mental. Pernyataan itu membuat Prancis menarik duta besarnya dari Turki. 

 
Saat ini Prancis tengah menjadi sorotan menyusul peristiwa pemenggalan kepala seorang guru oleh muridnya yang berusia 18 tahun pada 16 Oktober lalu. Guru tersebut bernama Samuel Patty. Sebelum dibunuh, Patty diketahui menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW sebagai bagian dari pelajaran kewarganegaraan.

Opini publik Prancis terbelah dalam menanggapi peristiwa itu. Namun Emmanuel Macron jelas mengecam pembunuhan Patty. Menurut dia, peristiwa itu adalah serangan teroris Islam. Macron pun mengeluarkan komentar bernuansa sentimen anti-Islam. Dia menyebut Islam adalah agama yang tengah dilanda krisis di seluruh dunia.

BACA JUGA: Dinilai Hina Islam dan Nabi Muhammad SAW, Indonesia Kecam Presiden Emmanuel Macron

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement