Rabu 28 Oct 2020 13:38 WIB

Covid-19 Jadi Faktor Utama Sentimen di Pasar Keuangan

Pemilihan presiden di Amerika Serikat tidak berpengaruh terhadap ekonomi global.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, pemilihan umum yang akan berlangsung sebentar lagi di Amerika Serikat (AS) tidak akan berpengaruh signifikan terhadap ekonomi global tahun ini. Di sisi lain, perkembangan kasus Covid-19 di Benua Amerika maupun Eropa akan menjadi faktor utama sentimen pasar keuangan.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, pemilihan umum yang akan berlangsung sebentar lagi di Amerika Serikat (AS) tidak akan berpengaruh signifikan terhadap ekonomi global tahun ini. Di sisi lain, perkembangan kasus Covid-19 di Benua Amerika maupun Eropa akan menjadi faktor utama sentimen pasar keuangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, pemilihan umum yang akan berlangsung sebentar lagi di Amerika Serikat (AS) tidak akan berpengaruh signifikan terhadap ekonomi global tahun ini. Di sisi lain, perkembangan kasus Covid-19 di Benua Amerika maupun Eropa akan menjadi faktor utama sentimen pasar keuangan.

Dari sisi politik, Sri menyebutkan, pasar keuangan sebenarnya sudah mempertimbangkan sejak jauh-jauh hari mengenai dinamika yang terjadi di Negeri Paman Sam. Faktor ini juga tidak bersifat sementara, melainkan akan terus menjadi dinamika dari keseluruhan geopolitik di seluruh dunia.

Alih-alih memberikan dampak negatif, Sri menjelaskan, pemilihan umum AS justru akan menciptakan sentimen sebaliknya. "Ini yang menjadi faktor menentukan untuk keseluruhan momentum dan sentimen positif," tuturnya dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara virtual, Selasa (27/10).

Sebetulnya, Sri menekankan, faktor yang kini lebih memberikan sentimen adalah kenaikan jumlah penyebaran virus Covid-19 di Amerika dan Eropa. Banyak negara dan negara bagian terpaksa melakukan pengetatan aktivitas sosial dan ekonomi untuk menekan laju penyebaran virus. Sebut saja London, Spanyol, Italia hingga Prancis.

Kenaikan jumlah pasien Covid-19 di kawasan tersebut menimbulkan kekhawatiran mengenai kemampuan negeri-negeri maju dalam mengontrol laju penyebaran virus dan kemungkinan munculnya gelombang kedua Covid-19.

Eropa dan AS juga sudah mulai masuk ke musim dingin yang berpotensi mempercepat laju penyebaran virus. Poin-poin ini yang disebutkan Sri justru menciptakan kekhawatiran besar di pasar keuangan dibandingkan pemilu AS.

Di sisi lain, ada harapan terhadap ketersediaan vaksin yang kini terus diformulasikan di banyak negara. "Jadi, faktor Covid-19 itu, dari mulai munculnya second wave dan harapan vaksin, saling memberikan dinamika (di pasar keuangan)," ucap Sri.

Tapi, Sri memastikan, pemerintah terus memperhatikan dinamika yang terjadi di pasar keuangan global dan dampaknya ke Indonesia. Salah satunya dengan menjaga momentum pemulihan yang kini sedang berlangsung melalui meminimalkan kontraksi ekonomi.

Stabilitas sistem keuangan juga terus dijaga beriringan dengan pengendalian Covid-19, seperti yang sudah dilakukan selama ini. Dengan berbagai cara itu, Sri meyakini, Indonesia bisa menjadi negara berkembang yang memiliki reputasi baik dan berdampak positif ke pasar keuangan domestik.

"Sehingga, kita bisa berharap terjadinya normalisasi dari capital inflow ke emerging market yang diperkirakan terjadi di kuartal keempat atau awal tahun depan," tutur Sri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement