REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Duta Besar Rusia untuk Yunani Andrey Maslov telah memberi tahu komite ahli Kementerian Kesehatan Yunani tentang vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) asal negaranya. Hal ini diumumkan oleh seorang pejabat senior kesehatan Yunani pada Selasa (27/10) malam.
"Hari ini (Rabu) kami mengadakan pertemuan dengan duta besar Rusia di sini, di Kementerian Kesehatan. Ia memberi tahu kami tentang harapan akan vaksin Rusia, yang dikembangkan oleh lembaga penelitian vaksin besar. Ada harapan," ujar Sotiris Tsiodras, Profesor Kedokteran dan Penyakit Menular, yang bertanggung jawab atas tanggapan Yunani terhadap pandemi Covid-19, dilansir TASS, Rabu (28/10).
Menurut Tsiodras itu, vaksin yang dapat diakses untuk melawan Covid-19 dapat muncul lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, menyebutkan vaksin Universitas Oxford dan mitra buatan AS. Ia mengatakan tidak kehilangan harapan, tetapi tidak bisa tetap bersikap pasif karena virus dapat terus menyebar, menambahkan bahwa gelombang kedua pandemi virus corona jenis baru dapat lebih buruk daripada yang pertama.
Tsiodras menambahkan, tiga bulan ke depan, mendahului proyeksi dimulainya vaksinasi virus corona pada Januari, akan sangat sulit. Selama ini solusi satu-satunya adalah menggunakan masker dan mempraktekkan tindakan pencegahan lain seperti cuci tangan dan menjaga jarak.
Anggota kelompok ahli kementerian kesehatan Yunani Charalambos Gogos menggambarkan vaksin Sputnik V Rusia sangat baik'selama pengarahan pada September lalu. Ia mengatakan bahwa vaksin itu memicu respons kekebalan yang tepat di hampir 100 persen dari semua kasus Covid-19.
Pada 11 Agustus, vaksin Sputnik V yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya didaftarkan oleh Kementerian Kesehatan Rusia dan menjadi vaksin pertama yang terdaftar di dunia untuk melawan Covid-19. Uji coba pascapendaftaran dimulai di Ibu Kota Moskow pada 7 September.
Dosis pertama vaksin diberikan pada 9 September. Secara keseluruhan, program tersebut melibatkan sekitar 40 ribu orang, termasuk 10 ribu orang yang menerima plasebo, alih-alih vaksin.