Kamis 29 Oct 2020 00:55 WIB

Italia Uji Obat Osteoporosis untuk Terapi Covid-19

Obat ini menghambat replikasi virus, sehingga mencegah perburukan pasien

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Covid-19. Italia melakukan ujicoba obat osteoporosis untuk terapi Covid-19.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Italia melakukan ujicoba obat osteoporosis untuk terapi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, Obat osteoporosis raloxifene dinilai memiliki potensi dalam pengobatan Covid-19. Untuk membuktikannya, badan obat-obatan Italia (AIFA) telah memberikan izin uji klinis obat raloxifene untuk pengobatan Covid-19 terhadap manusia.

Raloxifene merupakan obat generik yang biasa digunakan dalam pengobatan osteoporosis atau pengeroposan tulang. Potensi raloxifene dalam terapi Covid-19 pertama kali ditemukan oleh tim peneliti dengan menggunakan superkomputer.

Baca Juga

Superkomputer ini dikoordinir oleh konsorsium publik-swasta Excalate4Cov yang dipimpin oleh Dompe Farmaceutici. Excalate4Cov mengoordinir pusat superkomputer di Italia, Jerman, dan Spanyol.

Dengan menggunakan superkomputer ini, tim peneliti melakukan skrining terhadap lebih dari 400 ribu molekul. Skrining ini dilakukan untuk mencari karakteristik zat kimia yang dapat menghambat virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2. Skrining ini hanya berfokus pada obat-obatan yang sudah ada dan sudah disetujui penggunaannya pada manusia.

Tim peneliti juga menggunakan superkomputer untuk menciptakan struktur tiga dimensi dari 12 protein pada SARS-CoV-2. Setelah itu, tim peneliti melakukan simulasi untuk melihat protein mana yang bisa diserang dengan obat.

"Ini membutuhkan jutaan jam kalkulasi," jelas Andrea Beccari dari Excalate4Cov, seperti dilansir Reuters.

Raloxifene juga dikenal sebagai modulator reseptor estrogen selektif. Obat ini biasanya diresepkan untuk memperkuat tulang pada perempuan berusia lebih tua dengan kadar estrogen yang rendah.

Sebelumnya ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa keberadaan estrogen pada perempuan yang belum menopause dapat memberikan efek perlindungan terhadap virus. Hal ini membuat tim peneliti berpikir raloxifene dapat memberikan proteksi yang sama dalam kaitannya dengan pengobatan Covid-19.

Melalui uji klinis ini, tim peneliti berharap raloxifene bisa terbukti dapat mencegah replikasi SARS-CoV-2 di dalam sel. Dengan begitu, laju penyakit Covid-19 bisa diperlambat.

"Obat ini menghambat replikasi virus, sehingga mencegah perburukan pasien dengan gejala ringan, dan juga menurunkan infektivitas, membatasi jumlah virus," jelas kepala tim peneliti dari Dompe Farmaceutici Marco Allegretti.

Uji klinis ini melibatkan 450 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah dan rumah sakit pada tahap awal. Para pasien diberikan terapi degan kapsul raloxifene selama tujuh hari secara acak. Setelah itu, tim peneliti menambah 174 pasien lain di penghujung proses.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement