REPUBLIKA.CO.ID, FUZHOU -- Pakar vaksin asal China mengingatkan negara-negara di dunia untuk lebih rasional dalam menyikapi kasus kematian akibat vaksinasi flu di Korea Selatan (Korsel). Tidak ada bukti yang mengarah bahwa kasus kematian tersebut akibat suntikan vaksin flu.
"Namun, ada beberapa negara yang tiba-tiba menghentikan program vaksinasi flu dan hal itu sangat disayangkan," kata Pakar Vaksin asal Shanghai, Tao Lina, seperti dikutip media setempat, Rabu (28/10).
Sedikitnya, 59 orang di Korsel meninggal setelah mendapatkan suntikan vaksin flu musiman. Pemerintah Korsel, Senin (26/10), menyatakan, kematian tersebut tidak berkaitan dengan vaksinasi massal dan program vaksinasi akan terus berlanjut.
Namun, beberapa negara di Asia panik. Singapura pada Ahad (25/10) menyatakan menghentikan sementara penggunaan vaksin seperti yang digunakan oleh Korsel.
Tao Lina mengatakan, negara-negara harus tetap waspada terhadap vaksin baru di pasaran nanti. Ia mengingatkan masyarakatnya untuk bersikap rasional terhadap vaksin flu yang justru akan membantu memerangi COVID-19 tahun ini, kataTao.
Di Korsel, vaksin flu tersebut diberikan untuk menghadapi musim dingin seperti halnya di China. Namun, di beberapa wilayah di China permintaan vaksin flu meningkat dibandingkan dua tahun lalu yang rata-rata hanya dua persen.
Pada 8 September, sejumlah fasilitas kesehatan di China menyuntikkan 15,87 juta dosis vaksin flu. Beberapa pengamat memperkirakan, tahun ini akan mencapai 50 juta dosis. Tingkat vaksinasi tahun ini akan mencapai empat persen, seperti perkiraan Feng Luzhao, pakar kesehatan masyarakat Peking Union Medical College.