REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Museum Negeri Balaputra Dewa Palembang, Sumatera Selatan, pada penghujung Oktober 2020 ini menambah dua koleksi benda pusaka. Koleksi ini berasal dari masyarakat yang tergabung dalam Komunitas Palembang Pusaka Bahari.
"Dua benda pusaka yang diterima dari hibah masyarakat itu, yakni centong Basemah dan kapak beliung atau kapak kuno bermotif makara," kata Kepala Museum Negeri Sumatera Selatan, Chandra Amprayadi di Palembang, Rabu (28/10).
Dia menjelaskan, koleksi centong yang berasal dari Suku Basemah, pada zaman dahulu hanya dipakai pada upacara adat. Ciri khas yang melekat pada benda pusaka dan peninggalan sejarah centong adat Basemah itu terletak pada ukiran kayunya.
Sedangkan kapak beliung bermotif makara selama ini hanya bisa dilihat di museum Belanda, kini bisa dilihat di Museum balaputra Dewa Palembang. Kapak beliung biasanya digunakan untuk membuat kapal, sementara motif makara biasa digunakan pada masa Kesultanan Palembang Darussalam.
Berdasarkan penjelasan Ketua Komunitas Palembang Pusaka Bahari, Raden Pangkualam, kapak beliung bermotif makara itu ditemukan di perairan Sungai Musi kawasan pabrik pupuk PT Pusri sekitar tahun 2012. Museum Balaputra Dewa Palembang dalam beberapa bulan terakhir menambah koleksi berbagai benda bersejarah dan benda pusaka yang diperoleh dari hibah masyarakat.
Koleksi museum yang kini mencapai 8.000 buah lebih diupayakan terus bertambah sehingga dapat menjadi media pembelajaran sejarah dan benda pusaka. Museum Negeri Balaputra Dewa Palembang menyimpan koleksi mulai dari zaman pra-sejarah, zaman Kerajaan Sriwijaya, zaman Kesultanan Palembang, hingga zaman kolonial Belanda.
"Dalam tiga tahun terakhir pihaknya telah menambah 2.000 lebih koleksi baru yang diperoleh dari hibah masyarakat berbagai daerah di Sumsel dan provinsi lainnya," kata Chandra.