Rabu 28 Oct 2020 22:57 WIB

Penyintas Covid-19: Sempat Dikucilkan, Akhirnya Didukung

Penyintas covid-19 ini sempat dijauhi warga namun akhirnya didukung.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Elba Damhuri
Parosmia dan phantosmia usik penyintas Covid-19
Foto: Republika
Parosmia dan phantosmia usik penyintas Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Oleh Muhammad Fauzi Ridwan

Bagus Ahmad (24), pemuda asal Kota Bandung, tidak pernah menyangka bahwa ia akan terpapar oleh virus corona atau covid-19 di masa pandemi. Ia mengaku tidak mengalami gejala-gejala pada umumnya seperti sesak nafas, demam atau nyeri tenggorokan.

Pada akhir Oktober lalu, ia mengungkapkan ikut berkemah dengan teman-temannya di Gunung Putri, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Singkat cerita, salah seorang temannya dinyatakan positif covid-19. 

Bagus pun kaget dengan informasi itu. Selang beberapa hari, ia langsung melakukan uji usap yang difasilitasi Pemkot Cimahi.

Hasilnya pada awal September, ia dinyatakan positif covid-19 berstatus orang tanpa gejala (OTG). Ibunya menangis hebat mendengar kabar tersebut. Bagus sempat kaget dan tidak menyangka telah terpapar corona dan langsung melakukan isolasi mandiri di rumahnya.

"Awal positif, mamah menangis tapi akhirnya diberi pengertian," ujarnya saat ditemui di Jalan Jawa, Rabu (28/10). 

Ia pun sempat panik membayangkan dalam beberapa hari ke depan akan mengalami sesak. Namun, menurutnya, kondisi tersebut tidak terjadi dan merasa sehat.

Bagus mengaku merasa jenuh saat menjalani isolasi mandiri di rumah, terlebih tidak bisa berinteraksi dengan keluarga. Selama isolasi mandiri, ia makan dan minum hanya menggunakan satu piring, satu sendok makan dan air mineral beberapa dus. Hal itu dilakukan agar tidak menularkan kepada anggota keluarga. Selain itu meminum vitamin.

"Kalau mau ke air (wc) pakai sandal, sebelumnya tangan sudah dicuci hand sanitazer, alat mandi dipisah. Sendok makan dibersihkan pakai tisu basah," katanya. Ia mengaku menjalani hal tersebut selama 14 hari.

Bagus mengaku sedikit tertekan ketika masyarakat di lingkungannya mengetahui ia telah terpapar covid-19 terlebih ia satu-satunya yang terpapar. Menurutnya, pasca warga di lingkungannya mengetahui terpapar covid-19, Bagus merasa masyarakat mengucilkannya serta keluarga. 

Terbukti, ia mengatakan beberapa orang di lingkungan rumahnya menyarankan warga sekitar untuk tidak melewati rumahnya. "Sempat ada pengucilan, dikasih tahu (warga) jangan lewat rumah itu," katanya. 

Ia merasa kaget dan sempat kesal dengan perlakuan warga. Namun, beberapa hari kemudian, ibunya menjelaskan kondisinya yang terpapar covid-19 kepada masyarakat dan meminta dukungan. 

"Mamah saya beritahu kepada warga melalui chat, betul anak saya positif minta doa. Ini amanah oleh Allah SWT," katanya. 

Usai orangtuanya menjelaskan kondisinya, ia mengatakan para warga akhirnya berempati dan memberikan dukungan.

"Warga berempati dan akhirnya support. Ada yang ngasih sembako saat isolasi mandiri," ungkapnya. Ia pun merasa bersyukur dengan perhatian yang diberikan oleh masyarakat di lingkungan rumahnya.

Pasca-14 hari, Bagus pun melakukan uji usap yang kedua kali dan dinyatakan negatif covid-19. Sementara itu, menurutnya seluruh anggota keluarga tidak terpapar virus korona atau covid-19.

Ia pun menjadikan peristiwa tersebut menjadi pelajaran dan akan lebih waspada serta disiplin menerapkan protokol kesehatan. Bagus pun berharap pandemi covid-19 yang sudah berjalan lebih dari tujuh bulan segera berakhir.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement