Kamis 29 Oct 2020 19:58 WIB

Erdogan ke Putin: 2.000 Milisi Kurdi Bertempur untuk Armenia

Putin mengungkapkan keprihatinannya atas meningkatnya keterlibatan Turki.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: Turkish Presidency via AP, Pool
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengungkapkan ketulusan Ankara mengakhiri konflik di Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan. Ia pun percaya pada ketulusan Rusia yang selama berminta dengan Armenia.

Erdogan mengaku sudah memberitahu Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa anggota Partai Pekerja Kurdistan (PKK) bertempur di sisi Armenia.

Baca Juga

"Mereka memberitahu saya 'Anda mengirim pasukan dari Timur Tengah, dari Suriah ke Azerbaijan, Anda mengirim pasukan asing' dan saya beritahu Pak Presiden (Putin) saat itu, Armenia telah mengambil sekitar 2.000 anggota PKK dan People's Protection Units (YPG) dengan gaji 600 dolar, mereka berperang di sana dan sebagai pasukan asing," kata Erdogan seperti dilansir media Turki Hurriyet Daily News pada Kamis (29/10).

Erdogan mengatakan, Putin mengaku tidak mengetahui Armenia mengambil banyak pasukan asing dari Kurdi.  "Anda harus fokus pada ini 'Apakah Anda tahu dari mana asal anggota PKK dan YPG ini? Saya tanya, mereka bekerja di Suriah dan sebagian datang dari Suriah, dan kami membutuhkan solidaritas dalam hal ini, tentu, saya tidak yakin Pak Putin akan mengindahkan PKK dan YPG tapi ia harus memberitahu (Perdana Menteri Armenia Nikol) Pashinyan," tambah Erdogan.

Erdogan mengajak Putin untuk segera mengakhir perang Armenia-Azerbaijan.  Ia memberitahu Putin bahwa Turki dan Rusia dapat mengakhiri konflik tersebut bersama-sama.  "Anda menggelar pertemuan dengan Pashinyan dan saya akan menggelar pertemuan dengan saudara saya (Presiden Azerbaijan) Ilham Aliyev," katanya.

Putin melakukan sambungan telepon dengan Erdogan pada 27 Oktober lalu. Presiden Rusia mengungkapkan keprihatinannya atas sikap Turki yang meningkatkan keterlibatan mereka dalam pertempuran di Timur Tengah.

Erdogan mengatakan Turki memiliki hak yang sah untuk bertindak sekali lagi. Bila milisi tidak membersihkan perbatasan dengan Suriah. "Bila teroris tidak melakukan pembersihan seperti yang dijanjikan kami memiliki hak untuk melakukan mobilisasi sekali lagi," katanya.

Erdoğan juga mengecam keras serangan udara Rusia yang menewaskan puluhan milisi pro-Turki di Suriah. "Serangan Suriah di pusat pelatihan tentara nasional Suriah di Idlib menunjukkan mereka tidak ingin perdamaian jangka panjang di kawasan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement