Jumat 30 Oct 2020 06:32 WIB

Industri Pariwisata Domestik Beradaptasi di Tengah Pandemi

Penurunan sektor pariwisata memberikan pengaruh signifikan terhadap perekonomian

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Hiru Muhammad
Wisatawan berjalan di kawasan skywalk yang dilukis beragam biota laut di Pantai Barat, Kabupaten Pangadaran, Jawa Barat, Kamis (15/10/2020). Pemerintah akan segera menyalurkan dana hibah pariwisata sebesar Rp3,3 triliun yang ditujukan kepada pelaku usaha pariwisata dan pemerintah daerah, untuk memulihkan ekonomi di sektor pariwisata akibat pandemi COVID-19 dan telah menjadi program besar pemerintah di tahun 2021.
Foto: ADENG BUSTOMI/ANTARA
Wisatawan berjalan di kawasan skywalk yang dilukis beragam biota laut di Pantai Barat, Kabupaten Pangadaran, Jawa Barat, Kamis (15/10/2020). Pemerintah akan segera menyalurkan dana hibah pariwisata sebesar Rp3,3 triliun yang ditujukan kepada pelaku usaha pariwisata dan pemerintah daerah, untuk memulihkan ekonomi di sektor pariwisata akibat pandemi COVID-19 dan telah menjadi program besar pemerintah di tahun 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri pariwisata halal domestik beradaptasi dengan berbagai macam cara dalam menghadapi pandemi Covid-19. Ketua Umum Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Riyanto Sofyan mengatakan industri mencoba bertahan meski banyak sekali yang tumbang.

"Saat pertama pandemi menyerang, kita terjun ke nilai nol hanya dalam dua pekan," katanya dalam International Conference on Muslim Friendly Tourism yang merupakan rangkaian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2020, Kamis (29/10).

Sepanjang masa pandemi, industri banting setir untuk tetap bisa berdiri. Meski puluhan ribu hotel, akomodasi, tempat wisata terpaksa tutup dan merumahkan ribuan karyawan. Kini berbagai inisiatif telah ditelurkan, mulai dari penjualan suvenir secara online hingga mendedikasikan lini bisnis untuk program pemerintah.

Riyanto menyebut, industri biro perjalanan membuat berbagai produk bundling, hotel-hotel menjual makanan beku, hingga produk khas daerah, menyediakan keperluan terkait mitigasi risiko Covid-19, menyewakan aset kendaraan, menyediakan virtual tour, menjadikan kantor jadi cafe, hotel menyediakan coworking space, tempat karantina, dan lainnya."Kita harus mengubah strategi agar bisa melewati masa krisis," kata Direktur SofyanCorp. ini.

Penurunan di sektor pariwisata memberikan pengaruh sangat signifikan terhadap perekonomian. Berbagai proyeksi dan target pun direvisi ke bawah seperti target wisatawan, pendapatan devisa, perjalanan wisata domestik, dan wisata ramah muslim.

Penerimaan wisatawan global yang awalnya diproyeksi capai 22,3 juta pada 2024 diturunkan jadi 17 juta orang. Sementara wisatawan muslim turun dari proyeksi enam juta orang menjadi 3,3 juta orang pada 2024.

Pada 2019, wisatawan mancanegara muslim mencapai 3,2 juta orang dengan total pengeluaran 3,8 miliar dolar AS. Sementara wisatawan muslim domestik mencapai 252,9 juta orang dengan total pengeluaran 17,4 miliar dolar AS atau Rp 255,6 triliun.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement