REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pascaserangan mematikan di sebuah gereja di Nice, Prancis, sebuah organisasi Muslim Prancis yang didanai negara meminta umat Islam di negara itu tidak memperingati maulid (hari kelahiran) Nabi Muhammad SAW. Presiden Dewan Kepercayaan Muslim Prancis (French Council of the Muslim Faith) Mohammed Moussaoui, juga menyerukan agar semua masjid ditutup.
"Saya mengimbau umat Islam Prancis sebagai tanda duka cita dan solidaritas dengan rekan-rekan kami yang menjadi korban tindakan keji ini agar membatalkan semua peringatan hari Maulid, hari kelahiran Nabi SAW yang direncanakan Jumat, Sabtu, dan Ahad ini," kata Moussaoui, dilansir di 5 Pillars UK, Jumat (30/10).
Selain itu, ia juga akan menyerukan agar tempat-tempat ibadah ditutup. Menteri Dalam Negeri Prancis sebelumnya telah memutuskan mengizinkan umat Islam dan Katolik merayakan dua hari libur mereka dan mulai libur pada Senin. Moussaoui mengutuk dan mengecam keras aksi teroris yang disebutnya kembali merusak hidup mereka.
"Saya mengungkapkan semua rasa haru dan solidaritas saya dengan para korban, keluarga mereka dan orang yang mereka cintai. Mengungkapkan semua solidaritas saya dengan komunitas Katolik di Prancis yang hendak merayakan Hari Semua Orang Kudus," ujarnya.
Dia menambahkan, serangan seperti di Nice tersebut berisiko menuding umat Islam dan menimbulkan iklim yang merusak. Karena itu, atas rasa kesopanan dan martabat, ia memikirkan terlebih dahulu para korban dan keluarga mereka.
"Muslim di Prancis pasti merasa terluka, ngeri dengan tindakan yang diklaim atas nama agama Islam," ujarnya.
Organisasi Dewan Kepercayaan Muslim Prancis ini berada di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri Prancis. Organisasi ini berhubungan baik dengan pihak berwenang di antaranya terkait pembangunan masjid, pasar makanan halal, pelatihan para imam, pengembangan perwakilan Muslim di penjara dan di Angkatan Darat Prancis.