Jumat 30 Oct 2020 16:22 WIB

Macron: Prancis tak akan Menyerah dari Teroris

Macron menegaskan agama dapat dengan bebas dijalankan di Prancis.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Prancis Emmanuel Macron
Foto: AP/TF1
Presiden Prancis Emmanuel Macron

REPUBLIKA.CO.ID, NICE -- Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan,  Prancis tidak akan menyerah pada teror, Kamis (29/10). Pernyataan ini muncul setelah serangan yang membunuh tiga orang di Nice, Prancis.

"Jika kami diserang sekali lagi, itu karena nilai-nilai kami, perasaan kami untuk kebebasan, kebebasan untuk percaya dengan bebas dan tidak menyerah pada teror apapun. Kami tidak akan menyerah pada apapun. Hari ini kami telah meningkatkan keamanan kami untuk menghadapi ancaman teroris," kata Macron dikutip dari The Guardian.

Baca Juga

Presiden Prancis menyampaikan pernyataan itu setelah seorang pria bersenjata pisau membunuh dua wanita dan seorang pria di basilika Notre-Dame di Nice tengah. Dia pun menyoroti penyerangan Konsulat Prancis di Arab Saudi.

"Itu adalah Prancis yang sedang diserang. Tiga rekan kami tewas di basilika di Nice hari ini dan pada saat yang sama situs konsuler Prancis diserang di Arab Saudi," ujar Macron.

Macron menyampaikan pesan dukungan terhadap umat Katolik Prancis. Dia menyatakan agama dapat dengan bebas dijalankan di Prancis, tetapi kali ini umat Katolik menjadi korban kembali.

"Pesan kedua saya adalah untuk Nice dan warga Nice yang telah menderita akibat kebodohan teroris Islam. Ini adalah ketiga kalinya terorisme melanda kota Anda dan Anda mendapat dukungan dan solidaritas bangsa," ujar Macron.

Setelah serangan di Nice, Macron mengatakan, militer Prancis sedang dikerahkan untuk melindungi semua tempat ibadah, terutama gereja Katolik. Jumlah tentara di jalanan akan dinaikkan dari 3.000 menjadi 7.000 dan pasukan akan dikerahkan di luar sekolah untuk kembali ke kelas pada Senin (2/11).

"Tekad mutlak kami dalam menghadapi tindakan ini akan terus berlanjut dan kami akan melindungi semua warga negara kami. Sebagai tanggapan, pesan saya adalah salah satu keteguhan dan persatuan mutlak. Hanya ada satu komunitas di Prancis, komunitas nasional," kata presiden itu.

Jaksa anti-teroris Prancis Jean-François Ricard, telah membuka penyelidikan atas pembunuhan yang terkait dengan organisasi teroris. Dia mengungkapkan kronologi keberadaan tersangka di gereja.

Ricard menyatakan, tersangka terlihat pada kamera CCTV dijemput di stasiun Nice pada pukul 06.47.  "Dia mengganti jaket dan sepatunya. Dia kemudian berjalan 400 meter ke basilika Notre-Dame. Dia masuk pada pukul 08:29," ujarnya.

Baru pada pukul 08.57 pagi, polisi kota turun tangan dan memasuki gereja. Setelah penyelidikan, pelaku bernama Brahim Aouissaoui terdaftar di Lampedusa di Italia pada 20 September.Dia telah berada di pelabuhan Adriatik Italia di Bari pada 9 Oktober.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement