REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Lembaga survei Populi Center mempublikasikan hasil surveinya terkait pemilihan wali kota Surabaya yang diselenggarakan pada 9 Desember 2020. Berdasarkan hasil survei, calon Wali Kota Surabaya Machfud Arifin merupakan nama yang paling dikenal dengan persentase mencapai 74 persen. Kemudian diikuti Eri Cahyadi 68,8 persen, Armuji 55 persen dan Mujiaman Sukirno 50,2 persen.
Namun demikian, nama Eri Cahyadi unggul pada kategori akseptabilitas sebagai sosok yang mampu membawa perbaikan, sosok yang disukai, sering muncul di media sosial, paling memahami persoalan di kota Surabaya, dan dinilai paling mampu menangani Covid-19. Dari sisi elektabilitas pasangan calon, Eri Cahyadi-Armuji merupakan pasangan yang paling dipilih mengungguli pesaingnya dengan capaian 41 persen.
Sementara elektabilitas pasangan Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno hanya 37,7 persen, dimana 21,3 persen di antaranya tidak. "Jadi secara popularitas Pak Machfud Arifin lebih unggul, tapi elektabilitasnya masih kalah dibanding Pak Eri Cahyadi," ujar Peneliti Populi Center, Hartanto Rosojati di Surabaya, Jumat (30/10).
Hartanto menambahkan, untuk tingkat partisipasi, sebesar 80,7 persen mengaku akan menggunakan hak pilihnya. Kemudian sebesar 14,2 persen menjawab masih mempertimbangkan situasi perkembangan Covid-19, dan 23 persen sisanya menjawab tidak akan datang ke TPS.
"Hal ini menunjukkan bahwa antusianisme dan tingkat partisipasi (voters turnout) warga kota Surabaya masih cukup tinggi," katanya.
Peneliti Populi Center lainnya, Jefri Adriansyah menambahkan, tingginya pemilih yang terpikat dengan Eri-Armudji karena masyarakat sangat ingin memilih calon yang berlatar belakang birokrat. Persentasenya mencapai 21,2 persen. Lalu disusul akademisi 13,2 persen, dan politisi 12,8 persen.
"Jika dilihat dari preferensi pemilih masyarakat ini, sangat tidak mengherankan jika Eri-Armudji unggul. Sebab latar belakang mas Eri dan Pak Armudji masuk dalam tiga besar yang diinginkan masyarakat. Kesuksesan Bu Risma yang miliki latar belakang birokrat akan berpengaruh pada pemilih pilkada kali ini," ujarnya.
Jefri menjelaskan, survei tersebut dilakukan lembaganya mulal 6 hingga 13 Oktober 2020 dengan 800 responden yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling). Adapun Margin of error pada survei kali ini sebesar 4,0 persen dengan tingkat kepercayan 95 persen.