Jumat 30 Oct 2020 19:29 WIB

Meneladani Kehidupan Nabi Muhammad

Nabi Muhammad dikenal sebagai sosok penyempurna akhlak.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ani Nursalikah
Meneladani Kehidupan Nabi Muhammad. Ilustrasi Rasulullah
Foto: Republika/Mardiah
Meneladani Kehidupan Nabi Muhammad. Ilustrasi Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelahiran (Maulid) Nabi Muhammad SAW selalu ditandai dengan tradisi perayaan yang meriah dan khidmat. Cendekiawan Mesir Qalqashandi dalam bukunya, Subh al-asha menuliskan perayaan besar biasanya diadakan untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, maupun keluarga, sahabat atau tokoh sejarah lainnya.

Meski begitu, tidak semua umat Muslim menganggap bahwa Acara Maulid Nabi bukan ritual yang perlu dirayakan, seperti halnya Idul Fitri dan Idul Adha. Umat Muslim di Inggris contohnya, dimana ada beberapa yang merayakan, sementara yang lain tidak.

Baca Juga

Mari sedikit mengulas riwayat hidup sang panutan umat Muslim seluruh dunia ini, yang mungkin sudah diceritakan berulang kali. Namun perlu diingat, selain memiliki suri tauladan yang agung, Nabi Muhammad juga dikenang sebagai seseorang yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mendidik pria agar menghormati dan memperlakukan wanita dengan bermartabat.

Sepanjang hidupnya, Rasulullah meluangkan waktu untuk mengatasi masalah ketidakadilan bagi wanita, secara teratur menegur para pria. Sayangnya, sepanjang hidupnya dan bahkan setelah kematiannya, sikap negatif terhadap wanita masih kerap muncul.

Misalnya perkataan yang acap kali diucapkan Rasulullah, "Jangan cegah wanita untuk datang ke masjid." Saat itu, masjid selalu dipenuhi jamaah wanita, sehingga jamaah pria yang terlambat akan sholat di shaf belakang wanita.

Selain memperjuangkan hak wanita, Rasulullah juga dikenal sebagai sosok penyempurna akhlak dan penegak hak sesama. Nabi selalu mengingatkan sahabat dan pengikutnya untuk senantiasa menolong sesama dan bersyukur.

Rasulullah bersabda, "Siapa pun yang tidak bersyukur sedikit, tidak bisa bersyukur banyak. Dan siapa pun yang tidak berterima kasih kepada orang, tidak bisa bersyukur kepada Allah. Berbicara tentang berkat adalah bersyukur kepada Allah."

Perkataan ini sejalan dengan yang tertulis dalam Alquran, di mana Allah SWT berfirman dalam Surah Luqman, "Siapa pun yang bersyukur, melakukannya untuk kebaikan jiwa mereka sendiri."

Nabi Muhammad bersabda, "Jika Anda memenuhi keinginan seseorang akan makanan tertentu, dosa-dosamu akan diampuni." Dan "Siapa pun yang membuat seseorang bahagia dengan menyediakan apa yang diinginkannya, dia membuat Tuhan bahagia."

Selain itu, Rasulullah juga dikenal sebagai sosok yang menyukai kebersihan. Nabi selalu berkata, "Mencuci tangan sebelum makan menghilangkan kemiskinan, sambil mencuci tangan setelah makan, menghapus dosa besar." Nabi juga selalu mengingatkan untuk tidak makan berlebihan.

Keseimbangan, bagi Rasulullah selalu menjadi landasan iman, karena apa pun yang dilakukan secara berlebihan akan berujung tidak baik. Nabi selalu mengingatkan bahwa "Perbuatan yang paling dicintai oleh Tuhan adalah yang dilakukan secara teratur, bahkan jika itu kecil."

Begitu juga dengan perayaan, dimana Ibn Rajab, seorang cendekiawan Muslim mengatakan, "cinta lebih baik daripada ketakutan. Sementara rasa takut hanya membuat kita melakukan sesuatu agar mencegah kita dari berbuat dosa, sedangkan cinta dan kasih membuat kita melakukan sesuatu dengan hati terbuka tanpa ada paksaan."

Sumber: https://aboutislam.net/muslim-issues/europe/celebrating-manners-prophets-birthday-2/2/

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement