Sabtu 31 Oct 2020 05:18 WIB

Wakaf Dinilai Bisa Jadi Solusi Atasi Kebutuhan Pangan

Wakaf dinilai mengakomoasi kebutuhan pangan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Wakaf Dinilai Bisa Jadi Solusi Atasi Kebutuhan Pangan. Foto: Tanah wakaf (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Wakaf Dinilai Bisa Jadi Solusi Atasi Kebutuhan Pangan. Foto: Tanah wakaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pangan mampu mendukung kebutuhan bangsa di tengah krisis akibat pandemi Covid-19. Berbagai langkah disusun untuk mempertahankan akses kepada makanan yang aman dan bergizi sebagai bagian penting dari respons terhadap pandemi Covid-19.

Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyampaikan bahwa wakaf sebagai salah satu instrumen filantropi tertinggi dalam Islam dapat mengakomodasi kebutuhan pangan selama pandemi Covid-19. Terutama bagi masyarakat miskin dan rentan yang paling terpukul oleh guncangan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga

Ketua Dewan Pembina ACT, Ahyudin mengatakan, pengelolaan wakaf secara produktif diyakini dapat menggerakkan sistem ekonomi, pendidikan hingga kesehatan masyarakat luas. Kehadiran wakaf dapat memenuhi kebutuhan primer dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi entitas sosial.

"Aset wakaf yang berupa tanah dapat menjadi salah satu pendukung untuk menggenjot ketersediaan pangan ke depan," kata Ahyudin dalam acara diskusi kebangsaan bertajuk 'Wakaf, Energi Kedaulatan Pangan Bangsa' pada Kamis (29/10).

Ia menceritakan era peradaban terjadi sejak fase Islam berkembang di Madinah, Arab Saudi. Pada masa itu masyarakat diberdayakan secara ekonomi dan sosial melalui wakaf hingga mendapatkan kedaulatan yang paripurna. Sehingga apabila wakaf dikelola dengan baik, wakaf akan menciptakan peradaban yang tinggi dan baik pula di masa sekarang.

Ia menegaskan bahwa wakaf bisa mendorong manusia untuk saling mandiri, memberi, dan mencontoh keteladanan umat terdahulu dalam bermasyarakat dan bernegara. Wakaf juga termasuk instrumen keuangan tertinggi dalam sistem keuangan karena berdampak pada tujuan ekonomi dan sosial.

Menurutnya, jika ekonomi umat tercipta dengan sangat baik dan kehidupan sosial antar manusia itu tercipta, maka itulah cikal bakal peradaban. Untuk itu mari gerakkan wakaf dan perjuangkan kedaulatan pangan umat.

"Insya Allah, jika umat berdaulat dengan pangan, maka umat akan mandiri, punya harga diri, dan bebas dari kemiskinan," ujarnya.

Ahyudin yang juga Presiden Global Islamic Philantropy (GIP) mengatakan, produktivitas lahan wakaf menjadi jalan yang bisa diwujudkan. Supaya produksi pangan ke depan bisa dikembangkan. Untuk mewujudkan itu tentu harus ada kolaborasi antara nazhir wakaf, korporasi dan ahli dalam bidang pertanian.

Maslahat lahan wakaf dalam komoditas pangan juga dapat membantu para petani terlepas dari sistem ijon. Dengan memangkas sistem ijon dan kolaborasi antar penggerak, tentu akan membantu stabilitas harga di masyarakat karena mampu memangkas proses niaga yang panjang dan merugikan. "Sehingga, harga beli ke petani sangat layak dan harga jual ke masyarakat juga terjangkau," ujarnya.

Proyek Pemberdayaan Petani Lokal

Untuk menjawab tantangan kebutuhan pangan, Global Wakaf - ACT telah meluncurkan program Masyarakat Produsen Pangan Indonesia (MPPI) yang juga memberdayakan petani lokal. Para petani akan diberikan modal berupa bibit dan pupuk, kemudian hasil panennya akan kembali dibeli ACT dengan harga terbaik.

Program MPPI ini ternyata disambut baik oleh Yayasan Penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I) dan Gerakan Masyarakat Pesantren untuk Ketahanan Pangan Indonesia (Gema Petani). Kerja sama ini rencananya akan membantu penggarapan lahan sekitar 1.500 petani di lahan seluas 500 hektare di Jawa Timur.

"Jadi Insya Allah, Global Wakaf - ACT bersama dengan YP3I dan Gema Petani akan membuat proyek pertama 500 hektare sawah padi. Program kerja sama ini didanai seluruhnya oleh dana wakaf. Lalu kemudian, kita punya program wakaf pangan, dari sawah ini nanti padi masuk ke Lumbung Beras Wakaf. Gabah akan digiling, yang hasilnya nanti Insya Allah akan didistribusikan kepada masyarakat, termasuk petani yang belum sejahtera," jelas Ahyudin.

Pimpinan YP3I, KH Mahfudz Syaubari menyambut positif adanya kolaborasi ini. Alhamdulillah sebagai tuan rumah yakni Pondok Pesantren Riyadlul Jannah sangat bersyukur menjadi bagian kerja sama ini.

"Kita berharap bahwa, kerja sama ini nanti bisa betul-betul dirasakan oleh umat. Khususnya di tengah-tengah krisis dikarenakan pandemi global saat ini. Mudah-mudahan kehadiran Global Wakaf - ACT dengan YP3I ini bisa membantu menangani dan memberi solusi kepada umat khususnya di bidang ketahanan pangan," kata Kiai Mahfudz dalam acara diskusi kebangsaan bertajuk 'Wakaf, Energi Kedaulatan Pangan Bangsa'.

Karena besarnya kekuatan wakaf ini, Kiai Mahfudz mengajak kepada masyarakat untuk semakin menggerakkan wakaf secara luas. Sekarang yang perlu diluruskan dan perlu dikampanyekan, bahwa wakaf itu tidak hanya sekadar di madrasah, masjid dan makam. Tetapi, ada kekuatan ekonomi yang bisa digerakkan oleh wakaf produktif yang saat ini dimotori dan telah dilakukan oleh Global Wakaf - ACT.

"Alhamdulillah, ada pertanian yang didanai dari dana wakaf, ada rumah sakit, ada penggilingan gabah dan lain sebagainya. Ini suatu terobosan, bisa mengatasi problem yang ada di umat,” ujarnya.

ACT menyampaikan bahwa kolaborasi Global Wakaf - ACT, YP3I dan Gema Petani menjadi perwujudan nyata dari gerakan 'Bangkit Bangsaku'. Dalam gerakan ini semangat kegotongroyongan dan optimisme menjadi bahan bakar dalam menjalani masa darurat akibat pandemi Covid-19.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement