Sabtu 31 Oct 2020 06:07 WIB

Haedar: Paradoks Masyarakat Negara Maju Berperilaku Rendahan

Perilaku tidak beradab harus dilakukan dengan cara yang beradab.

Rep: Imas Damayanti/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Foto: Dokumen.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam mendapatkan ujian saat perayaan Maulid Nabi Mu hammad SAW tahun ini. Serang an Islamofobia masih menjangkiti dunia global. Sentimen itu diperparah dengan pernyataan rasial dari Presiden Prancis Emmanuel Macron bela kangan ini.

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menilai penghinaan terhadap Rasulullah patut disesalkan. Hal itu tidak bisa diterima oleh masyarakat Muslim maupun umat beragama lainnya yang menjunjung tinggi peradaban.

Haedar beranalogi, jika para tokoh dunia dari berbagai kerap dihormati, sangat disesalkan apabila sosok seperti Nabi Muhammad SAW justru dihinakan dan dinistakan. Apalagi, dia berpendapat, hal itu terjadi justru di negara-negara maju yang kerap mengeklaim diri sebagai negara dengan masyarakat yang berperadaban tinggi. "Sangat paradoks jika masyarakat di negara maju berperilaku rendahan, dari segi hak asasi manusia pun menistakan seorang Nabi tidak dibenarkan," ujar dia, seperti dikutip dari Dialog Jumat.

Dia menilai, pihak yang mengaku sebagai penganut HAM tidak dibenarkan menghina hak asasi manusia lainnya. Di negara terbelakang pun tidak dibenarkan jika ada perilaku penghinaan kepada Nabi. Untuk itu, dia mengajak kepada umat Islam seluruh dunia untuk membela Nabi dari bentuk penghinaan. Haedar menjelaskan, pembelaan mesti dilakukan dengan cara yang sesuai hukum dan demokrasi, juga dilakukan secara berkeadaban.

Menurut dia, melawan perilaku tidak beradab harus dilakukan dengan cara yang beradab. Umat Islam pun diimbau agar tidak melakukan per buatan yang sama rendahnya sebagaimana yang dilakukan Macron. "Tunjukkan bahwa umat Islam itu berakhlak mulia," ujar dia.

sumber : Dialog Jumat
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement