Sabtu 31 Oct 2020 10:56 WIB

Haruskah Orang yang Sakit Menghadap Kiblat Saat Sholat?

Islam memberikan dispensasi untuk orang sakit saat hendak sholat

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Islam memberikan dispensasi untuk orang sakit saat hendak sholat Salah seorang perawat sedang memeriksa pasien di rumah sakit (ilustrasi).
Foto: Antara
Islam memberikan dispensasi untuk orang sakit saat hendak sholat Salah seorang perawat sedang memeriksa pasien di rumah sakit (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Orang yang sakit berhak mendapatkan rukhshah (keringanan) dalam menjalankan ibadah sholat. Lalu bagaimana hukum menghadap kiblat bagi orang sakit?

Dalam buku Sholat Orang Sakit karya Ahmad Sarwat dijelaskan,  seseorang yang sedang sakit sehingga tidak mampu berdiri atau duduk maka ia tetap wajib sholat dengan menghadap ke kiblat. Namun caranya diperbolehkan agak berbeda-beda sebagaimana yang dijelaskan para ulama.

Baca Juga

Sebagian ulama mengatakan bahwa cara menghadap kiblat bagi sholatnya orang sakit adalah dengan berbaring miring, posisi bagian kanan tubuhnya ada di bawah, dan bagian kiri tubuhnya di atas. Mirip posisinya mayat yang masuk ke liang lahad.

Dalilnya karena dalam pandangan ulama ini, yang dimaksud dengan menghadap kiblat diharuskan dada dan bukan wajah. Maka intinya adalah bagaimana dada itu bisa menghadap kiblat, caranya adalah dengan sholat posisi miring.

Dalil lainnya berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang memerintahkan sholat di atas lambung: 

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : كَانَتْ بِي بَوَاسِيرُ ، فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الصَّلاَةِ ، فَقَالَ : صَلِّ قَائِمًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

“Kaanat bi bawasiru fasaaltu an-Nabiyya SAW áni as-shalati faqaala: Shalli qaaiman fa in lam tastathi’ faqaa’idan fa in lam tastathi’ fa’ala janbin.” 

 “Dari Imran bin Husain dia berkata: aku menderita wasir lalu aku bertanya kepada Rasulullah SAW. Beliau pun bersabda: sholatlah sambil berdiri, kalau tidak bisa, maka sholatlah sambil duduk, kalau tidak bisa, maka sholatlah di atas lambungmu.” 

Namun sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa yang menjadi ukuran dalam menghadap kiblat adalah kaki. Asalkan kakinya sudah menghadap kiblat, maka dianggap posisi badannya sudah memenuhi syarat. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement