Ahad 01 Nov 2020 15:32 WIB

Demo dan Kerumunan Perpanjang Masa Pandemi 2 Bulan

Menurut perhitungan Premise adanya peningkatan kasus positif sebesar 6 persen

Massa berkerumun tanpa menjaga jarak fisik protokol kesehatan saat mengikuti aksi penolakan terhadap UU Cipta Kerja Omnibus Law. (ilustrasi)
Foto: AJI STYAWAN/ANTARA
Massa berkerumun tanpa menjaga jarak fisik protokol kesehatan saat mengikuti aksi penolakan terhadap UU Cipta Kerja Omnibus Law. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demonstrasi dan kerumunan massa yang terjadi di Tanah Air diperkirakan bisa memperpanjang masa pandemi Covid-19 selama dua bulan. Seperti aksi menolak omnibus law pada 6 Oktober 2020 dan demo satu tahun pemerintahan Jokowi-Maruf Amin pada 20 Oktober dihitung telah meningkatkan kasus positif sebesar 6 persen.

Kedua aksi massa itu menurut perhitungan sebuah aplikasi yang dibangun tim ahli Insitut Teknologi Bandung (ITB) Premise memiliki hubungan yang kuat terhadap penambahan kasus positif Covid-19. Bahkan bisa menaikkan tingkat kematian akibat penyakit saluran pernafasan itu.

Dosen Bioteknologi Mikroba, Dr Intan Taufik dalam keterangan tertulisnya, mengungkapkan dua demonstrasi itu selalu diikuti lonjakan kasus positif dan angka kematian akibat Covid 19 di wilayah yang mengalaminya. “Adanya keramaian itu, kalau dari data yang didapat, menghasilkan lonjakan pasien positif (yang tervalidasi dengan tes) di luar perkiraan normal (rata-rata)," ujarnya.

"Ini memiliki dampak beruntun (domino effect), dan menaikkan kurva. Otomatis ketika kurva naik, maka pelandaian atau menurunnya kasus atau pandemi akan semakin panjang,” ujar staf pengajar di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB itu menambahkan.

Dua demonstrasi itu, menurut perhitungan Premise ternyata meningkatkan kasus positif sebesar 6 persen atau ada penambahan 233 kasus per hari. Padahal kasus rata-rata penambahan kasus harian di tanggal tersebut adalah 3.878 kasus.

Bukan hanya kasus positif, kasus kematian akibat Covid19 setelah dua demonstrasi itu juga mengalami peningkatan. Angkanya hingga sebesar 0,11 persen atau naik 3,3 persen dari angka kematian rata-rata di Indonesia yang ada di angka 3,41 persen.

Wilayah yang berkontribusi besar terhadap penambahan itu adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada dua tanggal tersebut keempat wilayah itu diwarnai kerumunan demonstrasi.

Berdasarkan prediksi Premise, jumlah kasus harian Covid-19 selama satu minggu setelah demo 6 Oktober 2020-14 Oktober 2020 adalah 3,843 kasus per hari. Data aktual menunjukkan jumlah kasus baru pada periode yang sama adalah sebesar 4,207 kasus per hari.

Lebih tinggi 364 kasus per hari dari angka prediksi. Kegiatan demo RUU Cipta Kerja pada tanggal 6 Oktober 2020 berkontribusi terhadap peningkatan kasus harian sebesar 9,5 persen di Indonesia.

Khusus DKI Jakarta, dampak peningkatan kasus Covid akibat demo RUU Ciptaker ini terlihat paling tinggi. Diprediksi rata-rata kasus harian pascademo di DKI pada 6 Oktober-14 Oktober 2020 adalah 920 kasus per hari. Sementara jumlah kasus rata-rata aktual mencapai 1,178 kasus per hari atau naik 28 persen dari angka kasus normal.

Selain demo RUU Ciptaker, peningkatan kasus juga terjadi akibat demo satu tahun pemerintahan Jokowi-Maruf Amin pada 20 Oktober 2020. Satu minggu setelah aksi demo itu, jumlah kasus meningkat menjadi 4,051 kasus per hari.

Ini terjadi di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera Utara. Demo satu hari ini berkontribusi terhadap peningkatan kasus sebesar 2,6 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement