REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Cetakan uang 20 riyal untuk merayakan presidensi Arab Saudi di G20 memicu kontroversi. Sebab, cetakan uang itu menggambarkan Kashmir negara yang merdeka, bukan bagian dari India dan Pakistan.
Cetakan yang dirilis Otoritas Moneter Arab Saudi pekan lalu itu memperlihatkan lukisan Raja Salman dan logo Pertemuan G20 Arab Saudi. Di sisi yang lainnya terlihat gambar peta dunia.
Peta itu yang memicu amarah India karena menunjukkan wilayah Jammu dan Kashmir terpisah dari negara tersebut. Cetakan tersebut disambut baik warga Kashmir dan pihak lainnya di media sosial karena diangggap sebagai pengakuan Arab Saudi atas harapan warga daerah sengketa tersebut. Ketua organisasi bantuan kemanusiaan Kashmir, World Kashmir Awareness, Ghulam Nabi Mir mengatakan peta itu disambut baik warga Kashmir dan pihak yang bersimpati pada perjuangan mereka.
"Ini ekspresi yang disukai warga Kashmir, warga Kashmir belum dapat menentukan sendiri apakah mereka ingin merdeka atau berasam Pakistan, banyak opsi di Kashmir, tapi sebagian besar orang tidak ingin bergabung dengan India," kata Mir pada Middle East Eye, Ahad (1/11).
"Kami senang Arab Saudi memutuskan menunjukkan solidaritas dengan warga Kashmir dan kami berharap mereka tidak menariknya karena India melakukan penjajahan dan kolonialisme di Kashmir dengan undang-undang domisili," katanya.
"Arab Saudi telah mengambil langkah pertama dna mereka harus membiarkan agar warga Kashmir untuk memutuskan kemerdekaan mereka sendiri, mereka tidak harus khawatir dengan urusan finansial dengan India, tapi tidak boleh mengkompromikan posisi moral mereka untuk berdiri bersama warga Kashmir," tambah Mir.
Namun, peta tersebut tetap memicu India gusar. Pejabat dan masyarakat India menilai peta tersebut mendistoris dan mengubah interpretasi mengenai Kashmir.
Juru bicara pemerintah India Anurag Srivastava mengatakan New Delhi 'mengungkapkan keprihatinan serius' dengan cetakan tersebut baik di Kedutaan Besar Arab Saudi di India maupun Kedutaan Besar India di Arab Saudi.
"Kami telah menerima misinterpretasi yang sangat besar mengenai batas-batas wilayah eksternal kami di cetakan mata uang resmi dan legal Arab Saudi, kami meminta pihak Arab Saudi untuk segera mengambil langkah perbaikan mengenai hal ini," katanya.
Kontroversi mengenai peta lembah yang dipisahkan garis batas Line of Control (LoC) India dan Pakistan itu sudah berusia puluhan tahun sejak kedua negara bertetangga itu berperang di wilayah tersebut pada 1972. Pada 2015, India melarang siaran media asal Qatar, Aljazirah hampir sepekan karena mereka mempublikasikan peta India yang tidak memasukan Kashmir.
India juga kerap menyensor majalah Economist karena memperlihatkan Kashmir sebagai wilayah sengketa. Daerah Kashmir yang dikuasai India menjadi wilayah yang paling dipersenjatai di seluruh dunia.