Ahad 01 Nov 2020 19:13 WIB

Malioboro Bebas Kendaraan Bermotor Mulai 3 November 2020

Malioboro sedang diajukan sebagai World Heritage ke Unesco

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Sejumlah wisatawan berkunjung ke kawasan Malioboro di Yogyakarta, Jumat (30/10/2020). Pada libur nasional dan cuti bersama pekan ini, wisatawan dari berbagai daerah mulai memadati kawasan Malioboro sejak Kamis (29/10).
Foto: Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTO
Sejumlah wisatawan berkunjung ke kawasan Malioboro di Yogyakarta, Jumat (30/10/2020). Pada libur nasional dan cuti bersama pekan ini, wisatawan dari berbagai daerah mulai memadati kawasan Malioboro sejak Kamis (29/10).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemda DIY dan Pemkot Yogyakarta berencana kembali melakukan uji coba rekayasa lalu lintas dalam rangka mewujudkan Malioboro sebagai kawasan pedestrian. Uji ini diberlakukan sekitar dua pekan mulai 3-15 November 2020.

Plt Kepala Dinas Perhubungan DIY, Ni Made Dwi Panti Indrayanti mengatakan, Malioboro sedang diajukan sebagai World Heritage ke Unesco. Penataan transportasi jadi salah satu poin penting karena posisinya sebagai pusat ekonomi Yogyakarta.

Baca Juga

Terlebih, kondisi sekarang kita semua tahu Malioboro padat, macet, sehingga perlu adanya penanganan rekayasa dan manajemen lalu-lintas. Tujuannya agar benar-benar bisa mendukung fungsi-fungsi yang diharapkan demi menuju World Heritage tersebut.

"Jadi, kami harapkan dukungan semua masyarakat DIY terhadap uji coba ini," kata Made, Sabtu (31/10).

Pemberlakukan rekayasa lalu lintas dilakukan dengan skema berlawanan arah jarum jam (giratori). Jadi, berlaku satu arah sekitar Malioboro yaitu Mayor Suryotomo, Jalan Mataram, Jalan Abu Bakar Ali, Jalan Pembela Tanah Air, dan Jalan Letjen Suprapto.

"Untuk Jalan Malioboro, kami hanya memperkenankan kendaraan tidak bermotor yang boleh melintas kecuali bus Trans Jogja, kendaraan kepolisian, kendaraan layanan kesehatan, pemadam kebakaran dan kendaraan patroli," ujar Made.

Ia berharap, rekayasa ini mendukung penataan secara tertib transportasi yang jadi bagian rekomendasi tim kebudayaan mendukung kawasan filosofis tersebut. Made juga berharap, masyarakat nanti dapat merasakan manfaat dari rekayasa lalu lintas ini.

Khususnya, yang melintasi Jalan Malioboro mengingat memang sudah tidak terganggu lagi dengan adanya kebisingan kendaraan bermotor. Sehingga, bisa berjalan-jalan dengan tenang di Malioboro, menikmati aktivitas perekonomian yang ada di sana.

"Untuk pejalan kaki, kami juga membagi alurnya. Untuk yang ke arah selatan ada di sisi timur, sedangkan untuk yang ke arah utara ada di sisi barat," kata Made.

Pada Selasa (3/11) besok, rekayasa lalu-lintas di Jalan Malioboro akan diterapkan mulai 11.00-22.00, sedangkan jalan di luar Malioboro akan berlaku 24 jam. Berlaku 24 jam pula untuk perberlakuan satu arah untuk jalan selain Malioboro.

Tapi, untuk Jalan Malioboro setelah 3 November 2020, rekayasa lalu-lintas akan dilakukan mulai 06.00-22.00. Karenanya, waktu loading barang untuk pelaku usaha dapat dilakukan setelah 22.00 malam sampai sebelum 06.00 pagi.

"Kami ingin tetap membantu semua aktivitas yang nanti berjalan, termasuk membantu PKL yang ada di sana karena akan banyak wisatawan yang datang menikmati. Semoga ini dapat juga menumbuhkan perekonomian," ujar Made.

Soal ketersediaan kantong parkir, Made menekankan, memang dibutuhkan ruang parkir karena berapapun ruang yang disediakan sepertinya tidak bisa penuhi kebutuhan. Walaupun, sudah ada di Abu Bakar Ali, Ngabean, Pasar Sore dan Ramai Mal.

Untuk itu, diharapkan pula pemanfaatan angkutan umum, tidak hanya untuk warga Yogyakarta tapi untuk wisatawan. Sebab, tidak bisa dibatasi satu keluarga hanya satu kendaraan, yang bisa dilakukan tidak lain mengatur arus perjalanan mereka.

Made berharap, uji coba ini jadi yang terakhir sebelum Malioboro akhirnya jadi kawasan pedestrian murni. Karenanya, selama diberlakukan uji coba rekayasa ini akan terus dilakukan monitoring dan evaluasi.

Meminta dukungan masyarakat, Made mengakui memang tidak bisa semua pro dan pasti ada yang kontra karena mungkin ada kepentingan-kepentingan yang terganggu dengan adanya program ini. Meski begitu, ia meyakini, semua akan ada jalan ke luarnya.

"Kita harus mendukung kondisi kota kita itu nyaman aman, apalagi mengingat Malioboro berada di sumbu filosofis yang menjadi bagian dari kawasan World Heritage," kata Made, menutup.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement