REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Bidang Data BMKG Wilayah III Denpasar Iman Faturahman mengatakan bahwa beberapa wilayah di Bali berpotensi terjadi fenomena La Nina.
"Di Bali baru mulai musim hujan itu kemarin, dasarian ketiga, tapi kalau ini konsisten sudah masuk dari bulan Oktober. Sebelum masuk bulan Oktober juga sudah ada hujan, di Jembrana hampir tiap hari, Bali memang jadi salah satu provinsi yang terpengaruh La Nina, tapi paling banyak terpengaruh itu Indonesia bagian timur karena dekat dengan pasifik," kata Iman saat dihubungi melalui telepon di Denpasar, Senin (2/11).
Ia menjelaskan bahwa La Nina sebenarnya fenomena global, karena adanya penurunan suhu muka laut di lautan pasifik, sehingga menyebabkan suhu lebih hangat justru di sebelah baratnya pasifik.
"Suhu muka laut di Indonesia hangat otomatis tekanan udaranya di Indonesia akan rendah, kalau suhu dingin di pasifik tekanannya akan jadi lebih tinggi. Jadi angin akan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, artinya akan bergerak dari pasifik ke Indonesia," katanya.
Angin yang berasal dari pasifik mengandung uap air dan punya massa udara basah, dengan kondisi Indonesia memasuki musim hujan, maka uap air akan bertambah yang berasal dari pasifik menuju Indonesia.
Iman mengatakan untuk besaran potensinya tergantung dari masing-masing lokasi. Kalau lokasinya cukup basah banyak hujannya, curah hujan akan bertambah, seperti Bali sampai akhir tahun, sedang terpengaruh La Nina cuma bervariasi kekuatannya.
"Saat ini La Nina indeksnya sudah menuju moderat, sebelumnya di bulan Juli itu lemah dan sekarang cukup signifikan apalagi moderat. Walaupun sekarang -1,02 indeksnya masih kecil, jadi kalau moderat itu -1 sampai -1,5 kalau lemah -0,5 sampai -1. Sekarang posisinya -1,02. Kalau masih di antara -0,5 sampai -1 masih normal," ucapnya.
Untuk fenomena La Nina ini berpotensi menyebabkan naiknya curah hujan dan meningkatnya intensitas hujan, sehingga berpotensi untuk wilayah-wilayah bencana tanah longsor, banjir yang sebelumnya sudah terjadi, seperti daerah Karangasem, Tabanan, dan wilayah lainnya.
Ia mengatakan dalam mengantisipasi fenomena ini, untuk membersihkan dan mengoptimalisasi saluran air atau bisa membuat biopori di masing-masing rumah tangga.
"Aktivitas melaut harus diwaspadai juga, laut saat ini gelombang ke selatan potensinya di atas 2 meter, tapi biasanya kalau di musim hujan gelombang itu tidak akan setinggi di musim kemarau. Tetapi perlu mewaspadai kalau ada gangguan siklon. Itu yang menyebabkan angin kencang dan gelombang tinggi," katanya.